Muslihuddin Aini: Pahlawan Sampah Laut dari Nusa Tenggara Barat

Bayangkan sebuah sungai yang setiap harinya membawa tumpukan sampah plastik ke laut. Botol-botol plastik, kantong kresek, styrofoam, bahkan peralatan rumah tangga ringan, terbawa arus dan akhirnya mencemari pantai dan terumbu karang. Bagi banyak orang, ini mungkin terdengar seperti masalah yang terlalu besar untuk diatasi, tapi bagi Muslihuddin Aini, masalah itu justru menjadi tantangan yang harus diselesaikan.

Muslihuddin adalah dosen dan peneliti dari Universitas Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, yang fokus pada pemanfaatan sumber daya perikanan dan pengelolaan lingkungan pesisir. Bersama timnya di Coastal Environmental & Fisheries (CEF), ia mengembangkan inovasi sederhana tapi efektif: trash trap, sebuah alat yang dipasang di sungai untuk menangkap sampah sebelum terbawa ke laut.

Dari Masalah ke Solusi

Pantai Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, merupakan salah satu lokasi paling terdampak sampah plastik. Data menunjukkan sekitar 9,18 ton sampah menumpuk di pinggir pantai, belum termasuk yang sudah terseret ke laut. Sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga yang terbawa melalui tiga sungai besar yang bermuara di pantai tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan sejak 2018, mulai dari kampanye anti plastik, beach clean-up, hingga regulasi daerah seperti Perda No. 25 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah. Namun, dampaknya masih jauh dari harapan. Melihat kondisi ini, Muslihuddin merasa perlu menciptakan solusi yang lebih praktis dan berkelanjutan.

Apa Itu Trash Trap?

Trash trap bisa dibayangkan sebagai saringan raksasa untuk sungai. Fungsinya sederhana: menangkap sampah plastik sebelum terbawa ke laut. Tapi jangan salah, alat ini mampu menahan berbagai jenis sampah, dari plastik ringan hingga benda yang lebih berat. Trash trap membantu menjaga laut tetap bersih, ikan dan terumbu karang terlindungi, dan burung laut bisa hidup lebih aman.

Proses Implementasi

Muslihuddin tidak bekerja sendirian. Proyek ini menjadi contoh kolaborasi lintas sektor, melibatkan berbagai komunitas, lembaga pemerintah, mahasiswa, dan masyarakat umum. Berikut proses implementasinya:

Musyawarah dan Koordinasi
Semua pihak duduk bersama—DLHK Provinsi NTB, DLHK Kabupaten Lombok Timur, Dinas PUPR Kota Mataram, dan komunitas lokal—untuk menentukan desain, lokasi, dan mekanisme kerja trash trap.

Edukasi Masyarakat
Edukasi menjadi kunci. Muslihuddin dan tim melakukan sosialisasi untuk menjelaskan pentingnya pengelolaan sampah dan bagaimana trash trap bekerja.

Uji Coba dan Pemasangan
Trash trap diuji coba di sungai utama, lalu dipasang secara permanen di tiga sungai yang bermuara ke Pantai Labuhan Haji.

Pemeliharaan Rutin
Hampir 100 volunteer, termasuk mahasiswa dari HMPS Teknik Lingkungan dan Teknik Komputer Universitas Hamzanwadi, Fakultas Perikanan Universitas Gunung Rinjani, Karang Taruna Desa Banjarsari, serta masyarakat umum, ikut membersihkan sampah yang tertangkap agar alat tetap optimal.

Monitoring dan Evaluasi
Dalam tiga bulan pertama, sekitar 10 ton sampah berhasil tertahan sebelum mencapai laut, membuktikan efektivitas trash trap.

Cerita dari Volunteer

Salah satu mahasiswa volunteer menceritakan:

“Awalnya saya tidak percaya. Saya pikir alat sederhana ini tidak akan banyak menahan sampah. Tapi setelah melihat hasilnya, rasanya puas sekali. Trash trap ini memang sederhana, tapi dampaknya nyata. Kami juga belajar banyak soal kolaborasi lintas komunitas.”

Warga lokal Desa Banjarsari juga merasa bangga bisa ikut berkontribusi. Mereka belajar mengelola sampah, menjaga lingkungan, dan melihat dampak nyata dari tindakan kecil mereka setiap hari.

Dampak Positif

Trash trap membawa banyak manfaat:

  • Laut Lebih Bersih – Sampah yang tertahan membuat ekosistem laut lebih aman.
  • Kesadaran Masyarakat Meningkat – Warga jadi lebih peduli soal sampah.
  • Peluang Ekonomi Baru – Sampah plastik bisa diolah menjadi kerajinan atau briket.
  • Pengalaman untuk Mahasiswa – Volunteer belajar langsung soal pengelolaan lingkungan dan implementasi teknologi sederhana.

Apresiasi dari Astra

Kerja keras Muslihuddin mendapat perhatian luas. PT Astra International Tbk memberikan penghargaan melalui SATU Indonesia Awards 2023, menobatkan Muslihuddin sebagai “Pahlawan Sampah Plastik dari Nusa Tenggara Barat.” Penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas dedikasi dan inovasinya, tapi juga inspirasi bagi banyak orang bahwa solusi masalah lingkungan bisa lahir dari ide sederhana tapi tepat sasaran.

Muslihuddin Aini membuktikan bahwa ide sederhana bisa berdampak besar. Trash trap-nya tidak hanya menyelamatkan laut dari sampah plastik, tapi juga mengedukasi masyarakat, memberdayakan warga lokal, dan membuka peluang ekonomi baru. Kolaborasi lintas komunitas, mahasiswa, pemerintah, dan sektor swasta membuat proyek ini sukses dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Setiap tindakan kecil, ketika dilakukan bersama-sama, dapat membawa perubahan signifikan. Kisah Muslihuddin mengingatkan kita bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat. Dan dengan kerja sama, kreativitas, dan dedikasi, kita semua bisa menjadi pahlawan bagi laut kita sendiri.

Leave a Comment