Pengakuan Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel menuai banyak kecaman dari masyarakat internasional namun ia tetap tak bergeming. Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Sekecil apapun itu, upaya pembelaan terhadap Palestina selalu bisa kita lakukan dengan kemampuan yang kita miliki masing-masing. Tak perlu malu atau merasa tindakan kita tak akan berpengaruh apa-apa karena sangat begitu kecil dan tidak akan dihiraukan oleh seiapapun.
Sebagai bahan renungan, kita bisa membaca kisah tentang seekor semut yang berusaha memadamkan api yang membakar nabi Ibrahim ketika dihukum oleh raja Namrud. Seekor burung mencemoohnya karena beranggapan usaha si semut yang begitu kecil memadamkan api yang membara begitu besar adalah kesia-siaan belaka. Si semut berkata sebenarnya ia tahu bahwa yang dilakukannya itu akan sia-sia tetapi dengan hal itu ia bisa menunjukkan di posisi mana ia berpihak.
Banyak usaha-usaha yang tampak kecil untuk mendukung rakyat palestina. Misalnya seperti yang dilakukan Dima Bashar bersama kakaknya yang menyuarakan dukungannya kepada palestina melalui lagu Gaza Heina Jina, Lamma Nastasyhid, Dan Ya Biladi Ya Aini yang dinyanyikan oleh Dima Bashar, Walid, dan Ashoumi. Ada juga yang membela palestina dengan mengisi kolom-kolom jurnalisme.
Pada tahun 1948, seorang penyanyi beragama Nasrani dari Mesir bernama Umm Kulthum juga pernah berjuang membela negaranya (Mesir) melalui musik ketika konflik dengan Israel. Konser yang diagendakan untuk Umm Kulthum memiliki agenda politik untuk membangkitkan semangat nasionalisme rakyat dan menggalang persatuan bangsa-bangsa Arab.
Intinya, kita bisa melakukan upaya pembelaan terhadap Palestina dengan berbagai cara sesuai kemampuan kita. Entah dengan menulis pembelaan di blog, media sosial, media elektronik/cetak, vloging, dan lain sebaginya. Dengan begitu, paling tidak, kita bisa menunjukkan di posisi mana kita berdiri untuk membela.