Distribusi sayur dengan sistem tradisional merupakan rantai yang sangat panjang. Namun jika ditelisik saat ini, terdapat rantai distribusi sayur yang lebih pendek. Manfaat dari rantai distribusi sayur yang pendek menyebabkan harga menjadi lebih seragam diberbagai daerah. Tak bisa dipungkiri bahwa hal ini dipengaruhi oleh teknologi. Salah satunya IndiHome, Internetnya Indonesia yang mampu menyokong kebutuhan internet tanpa batas.
Lah kok internet? Ngapain bakul sayur pakai internet?
Jujur sebenarnya ini sempat terbersit dipikiran saya. Namun setelah saya mengamati secara seksama. Ternyata dampaknya cukup besar. Inilah cerita Suprih. Ibu 3 anak yang berjualan sayur di pasar wlingi kabupaten Blitar dan juga mengandalkan internet sebagai penyokong usahanya.
Awal Berjualan Sayur
Setelah pulang dari merantau di Brunei Darussalam 12 tahun silam, Suprih memilih untuk berjualan sayur karena suaminya memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang pertanian. Banyak inovasi yang suaminya lakukan sehingga produktivitasnya cukup tinggi. Namun ini tidak diimbangi dengan penjualan yang memadai.
Awalnya, sayur hasil tanaman suami Suprih dititipkan pada berbagai tengkulak. Tengkulak ini biasanya menitipkan dagangan mereka lagi pada pedagang besar. Namun harga yang ditawarkan sering membuat kaget karena sangat rendah padahal di konsumen harganya cukup tinggi. Bahkan kadang saat harga timun di pasar masih Rp 3.000 per kg, timun hasil panen suami Suprih hanya dihargai sebesar Rp 300 per kg. Itupun jika tidak terjual akan dikembalikan. Miris bukan? Namun inilah realitanya. Rantai distribusi membuat biaya operasional menjadi sangat besar.
Suprihpun berinisiatif untuk berjualan sayur di pasar. Awalnya hanya berjualan hasil panen sendiri. Namun beberapa waktu berikutnya, banyak tetangga yang mulai menitipkan dagangan mereka pada Suprih. Karena usahanya semakin besar, Suprih juga berinisiatif untuk mencari dagangan dari daerah lain dengan mendatanginya satu persatu yang tentu membuat beban kerjanya semakin tinggi.

Pemanfaatan Teknologi Internet untuk Berjualan Sayur
Peralihan penggunaan handphone 2G menjadi 3G pada 2015. Serta pergeseran penggunaan smartphone membantu Suprih dalam mencari dagangan. Jika sebelumnya Suprih harus mengisi pulsa teleponnya sebanyak Rp 200.000 sebulan. Saat menggunakan paket internet, ia hanya perlu merogoh separuhnya, yakni Rp 100.000. Hingga pada 2017, Suprih memutuskan untuk memasang WiFi IndiHome yang merupakan salah satu produk dari Telkom Indonesia di rumahnya dengan biaya perbulan Rp 260.000.
Menarik produsen
Jika dibandingkan dengan sebelumnya, biaya ini terlihat lebih besar ya. Namun hal ini berbanding lurus dengan skala usahanya yang semakin besar. Perlu diketahui bahwa di daerah rumah Suprih terdapat lebih dari 10 orang yang berjualan sayur. Sehingga tidak semua tetanggapun membawa hasil panen kepada Suprih. Dengan adanya konektivitas Wifi yang #AntiLelet dari Indihome, banyak tetangga yang datang untuk sekedar nyambung Wifi. Dari nyambung WiFi inilah beberapa tetangga mulai lebih memilih menyetorkan hasil panennya pada Suprih. Selain itu, beberapa anak muda yang awalnya hanya datang untuk main Wifi ditawari pekerjaan untuk mensortir sayur yang baru datang. Kadang juga mereka ditugaskan untuk mengantar sayur ke pelanggan. Bahkan adapula yang akhirnya berbagi pekerjaan berjualan sayur di pasar. Jika Suprih berjualan di pasar dini hari yang buka mulai jam 02.00-09.00 WIB, maka partner Suprih berjualan di pasar sore yang buka jam 16.00-20.00 WIB. Dengan begini #AktivitasTanpaBatas dapat terlampaui dengan kerja sama yang baik dari berbagai pihak.

Jangkauan usaha lebih luas
Selain dari para tetangga, dengan koneksi internet yang cepat membuat Suprih lebih mudah mencari dagangan dengan memanfaatkan aplikasi Whatssapp. Jika sebelumnya Suprih harus berkeliling mencari dagangan satu persatu ke rumah petani, saat ini Suprih hanya perlu menelepon dan meminta petani tersebut untuk mengantar ke rumahnya atau Suprih meminta pegawai untuk mengambilnya. Untuk melihat kondisi real produknya, ia juga cukup melakukan panggilan video. Karena koneksinya yang stabil, gambar yang ditampilkan pun cukup jernih dan jelas. Sehingga Suprih dapat menjangkau petani dengan lebih luas dari desa maupun kecamatan lain.
Jangkauan pengadaan barang yang lebih luas juga membuat jangkauan penjualannya lebih banyak. Selain petani yang menyetorkan dagangan pada Suprih di rumah, banyak pula pedagang maupun konsumen yang langsung datang ke rumah Suprih untuk mengambil barang belanjaan. Selain mengambil, Suprih juga menawarkan pengantaran produk dagangannya ke rumah pembeli. Rata-Rata, pelanggan Suprih juga merupakan pengusaha makanan. Semua pekerjaan ini tentu dilakukan dengan dukungan kecepatan internet IndiHome.
Transfromasi Distribusi Sayur Melambungkan Cuan
Kenapa dagangan Suprih bisa seramai itu? Tentu juga karena rantai distribusinya yang cukup pendek. Selain menjual hasil panen sendiri, dengan berbekal circle sesama petani. Suprih lebih mudah mengambil dagangan langsung dari petani dan umumnya menjual langsung ke konsumen. Memang terdapat pedagang kecil yang juga mengambil dagangan darinya. Namun karena ligkupnya yang luas karena selalu keep in touch dengan orang lain melalui konektivitas internet tanpa batas IndiHome, membuatnya banyak dikenal oleh tiap personal.
Suprih sendiri mengaku bahwa saat ini dengan menggunakan dukungan dari layanan internet, laba bersihnya sekitar Rp 2.000.000 persesi jualan. Jadi sehari bisa mendapatkan kurang lebih Rp 4.000.000. Ini adalah kondisi saat dagangan normal.. tidak cukup ramai ataupun terlalu sepi. Saat sepi, ia menyebutkan masih dapat memperoleh sekitar Rp 1.000.000 dalam 1 hari. Sedangkan sistem yang dipakainya masih sama, yakni sistem titip jual sehingga pembayaran dilakukan setelah selelsai berjualan. Padahal sebelum merasakan manfaat internet, laba bersih maksimalnya berkisar di Rp 1.000.000. Belum lagi mengembalikan dagangan ke petani jika tidak laku.

Usaha sayur Suprih ini masih menggunakan teknologi internet yang paling sederhana. namun peningkatan usahanya sudah terlihat cukup besar. Kedepannya tentu dapat bersaing dengan lebih luas apabila mulai menjalankan usahanya secara masif pada lini online. Tidak menutup kemungkinan pula untuk bekerja sama dengan pembuat aplikasi sehingga mampu membuat layanan start up berjualan sayur seperti di kota besar. Apalagi jika melihat tren hidup sehat saat ini yang lebih mengedepankan real food sehingga potensi usaha seperti ini masih dapat berkembang dengan skala yang lebih luas.