Tradisi Meron di kecamatan Sukolilo Pati ini menjadi kirab sebagai budaya tahunan yang biasa digelar guna memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dalam bahasa jawa biasa dikenal dengan istilah “Maulid Nabi”.
Guna melestarikan budayanya, tradisi Meron di peringati secara turun temurun dalam memperingati Maulid Nabi. Tradisi Meron juga sebagai wadah untuk meningkatkan ketakwaan serta rasa syukur kita kepada Allah AWT atas berkah dan nikmat yang dianugerahkan.
Meron berasal dari bahasa kawi yang artinya adalah “gunung”. Karena bentuknya seperti gunung. Dan dalam bahasa jawa kuno Meron berasal dari kata merong yang artinya perang karena dalam situasi perang. Tradisi ini berlangsung dengan serangkaian acara, seperti arak-arakan nasi tumpeng dalam kapasitas besar. Tidak hanya itu, tradisi ini juga di iringi pawai dan karnaval yang menjadi bagian dari tradisi perasaan Meron tersebut.
Beberapa peserta perayaan Meron memakai seragam khas petani sepeerti menggunakan caping yang melambangkan simbol pertanian yang subur. Beberapa perempuan juga mengenakan pakaian khas keraton. Dan diiringi drum band dari kalangan anak-anak dan remaja.
Hasil dari tani penduduk setempat dirangkai dalam gunungan. Dimana gunungan tersebut berupa petai, kacang-kacangan, terong, padi, cabai, dan buah-buahan. Seperti karnaval yang mengkolaborasikan tradisi, seni dan budaya.
Tradisi Meron ini memiliki makna dan arti tersendiri dalam perayaannya. Pertama tentunya sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rejeki dan rahmat yang berlimpah selama setahun dengan hasil pertanian yang juga melimpah. Rasa syukur tersebut dalam bahasa jawa disebut dengan istilah “selametan”. Kedua, sebagai menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu diperingati oleh setiap umat muslim berbagai penjuru dunia termasuk warga di Sukolilo Kabupaten Pati. Ketiga, sebagai melestarikan tradisi dan budaya dari kisah yang pernah berlangsung saat Pati dan Mataram berseteru.
Ketiga makna dan arti dalam tradisi Meron ini membuat warganya secara turun temurun melestarikannya dengan mempertahankan sebagai adat istiadat dan budaya dari generasi ke generasi yang akan datang.