Tabayun: Mudah Diucap, Sulit Dilakukan

Pengertian Tabayun

Tabayun merupakan isim masdar yang mengikuti wazan تَفَعُّلًا yaitu تَبَيُّنًا. Berasal dari fiil madhi tsulatsi mazid berupa rubai dengan wazan تَبَيَّنَ.

Tasrif istilahi atau bentukan kata tabayun adalah sebagai berikut:

  • Fiil madhi تَبَيَّنَ
  • Fiil mudlori يَتَبَيَّنُ
  • Masdar تَبَيُّنًا
  • Isim fail مُتَبَيِّنٌ
  • Isim maf’ul مُتَبَيَّنٌ
  • Fiil nahi لَا تَتَبَيَّنْ
  • Isim zaman/makan مٌتَبَيِّنٌ

Faidah tambahan huruf ت pada pada kata tabayun (تَبَيُّنًا) adalah meminta (اَلطُّلَاب). Sehingga, secara bahasa, kata tabayun bearti meminta penjelasan atau klarifikasi.

Cara Melakukan Tabayun

Cara melakukan tabayun tentunya sangat beragam sesuai situasi dan kondisi. Dalam konteks belajar, siswa yang bertabayun pada guru bisa diartikan meminta penjelasan terkait materi pelajaran tertentu. Hal ini bisa dilakukan pada saat jam pelajaran atau di luar jam pelajaran dengan cara mendatangi guru. Sedangkan dalam ranah hubungan sosial, tabayun bisa dilakukan dengan cara mendatangi orang yang mau diajak bertabayun (مُتَبَيَّنٌ). Tabayun dalam konteks hubungan percintaan bisa juga dilakukan dengan cara meminta penjelasan pada kekasih dengan melalui pertemuan langsung, via whatsapp, sms, telpon, dan lain sebagainya.

نُسَاغَتِسُ الْحَبِيْبَتَهُ تَبَيَّنَ

Artinya: Nusagates meminta penjelasan pada kekasihnya

Mengapa Perlu Tabayun?

Tabayun dalam konteks sosial dilakukan untuk mendapat informasi berimbang dari beberapa pihak yang berlainan. Misalnya si si A berkata pada B bahwa si C telah melakukan spamming pada blog si B. Maka si B perlu melakukan tabayun kepada si C untuk meminta klarifikasi. Hal ini perlu dilakukan agar informasi yang di dapat dari si A benar-benar valid.

Ketika Tabayun Ditinggalkan

Kata tabayun memang mudah diucapkan namun berat untuk dilakukan. Aku memiliki cerita tentang orang yang tanpa melakukan tabayun tapi sudah berani menghakimi orang lain di depan umum.

Ceritanya begini:

Sebut saja namany A. Dia adalah takmir musholla yang kukenal dengan baik. Ia menjadi takmir di musholla tersebut selama bertahun-tahun. Pada bulan ramdhan yang lalu, dia berkata padaku kalau ingin berhenti menjadi takmir. Sebetulnya ia memintaku untuk menggantikannya sebagai takmir namun aku menolak dengan alasan belum bisa di sini sepenuhnya. Masih sering keluar kota untuk urusan pekerjaan.

Suatu hari, ia bertemu dengan ketua takmir masjid. Si A mengungkapkan keinginannya berhenti menjadi takmir musholla. Bapak takmir masjid kemudian menyarankan si A untuk mencari pengganti yang dianggap mampu mengurus musholla dan menceritakan kondisi lingkungan agar menyiapkan program ketakmiran yang lebih bagus. Si A pun memilih si C dan menceritakan kondisi lingkungan sesuai yang diketahuinya pada si C.

Suatu malam, warga dikumpulkan di musholla oleh si D dengan agenda rapat pembangunan musholla. Namun tanpa diduga, si C menulis percakapannya dengan si A dan diprint menjadi beberapa lembar. Hasil printout itu dibacakan di depan umum dan membuat beberapa yang hadir tersinggung dengan isi pembicaraan tersebut. Tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu, mereka yang tersinggung langsung menyerang si A dengan membabi buta di musholla yang ia rawat bertahun-tahun. Menyedihkan. Lebih menyedihkan lagi aku tidak ada di sana ketika hal itu terjadi. Aku tidak bisa membela si A yang menjadi kawan baikku semenjak mengenalnya.

Begitulah tabayun. Mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit