Strategi Mengatasi Kendala Berfikir Ilmiah Di Indonesia

Sering melihat artis yang kontroversial masih riwa riwi di TV? Masih suka lihat film azab juga? Atau masih percaya pada pawang hujan? Ketiga pertanyaan tersebut merujuk pada penggunaan cara berfikir ilmiah di Indonesia. Kendala berpikir ilmiah di Indonesia menyebabkan hoax bertebaran dimana-mana, penipu memanfaatkan situasi ini untuk menciptakan panic attack.

Pada ilmu kedokteran terdapat EBM atau Evidence Based Medicine sebagai dasar pengobatan yang diberikan pada pasien. Tentu jika merujuk ke suatu hal yang logis, artis kontroversial tidak boleh masuk TV karena memiliki track record dan dapat mempengaruhi penonton secara buruk. Film azab tidak akan laku karena segala hukuman yang diberikan tidak masuk akal, mana ada keranda terbang apalagi masuk molen. Yang terakhir, tak akan ada pawang hujan diajang olahraga tingkat dunia untuk mengatur hujan dengan remot langitnya.

Kendala Berfikir Ilmiah Di Indonesia

Berbagai hal tersebut sudah sangat mewakili bahwa mayoritas masyarakat di Indonesia saat ini masih jauh dari berfikir ilmiah. Tingkat keingintahuan masyarakat pada kehidupan pribadi orang lain dibanding dengan ilmu pengetahuan terbaru, menjadi salah satu kendala berfikir ilmiah di Indonesia. Selain itu, banyaknya suku, budaya dan agama dengan keyakinan masing-masing semakin menambah daftar panjang kendala berfikir ilmiah ini.

Awareness untuk berpikir ilmiah ini juga didasari oleh akses informasi dan juga kondisi ekonomi. Urusan perut masih menjadi ranah sensitif yang membuat lemahnya kemampuan untuk berpikir secara kritis dan mendalam. Banyak masyarakat kelas menengah bawah ini yang cakupan berfikirnya hanya berpusat pada cara mengirit uang dan mendapatkan uang untuk mengisi perutnya. Padahal melakukan pemikiran yang logis dan konkret membutuhkan tenaga yang cukup besar dengan gizi yang cukup.

Strategi Mengatasi Kendala Berfikir Ilmiah Di Indonesia

Mengatasi kendala berfikir ilmiah di Indonesia tentu dapat diusahakan. Tentu ini akan menjadi masalah multi dimensi jika dibiarkan secara terus menerus. Strategi tersebut antara lain:

1. Beriman

Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa tentu menjadi kekuatan masyarakat Indonesia untuk menjadi dasar berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah merupakan bentuk lain dari berpikir logis dengan baik dan benar. Dalam islam misalnya, terdapat ilmu mantiq dimana ilmu ini membahas mengenai alat dan formula berpikir dapat mengurangi cara berfikir yang salah. Dari norma agama inilah yang selanjutnya menjadi dasar adanya adab baik dalam setiap perbuatan.

2. Berpendidikan

Pendidikan tetap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses berfikir. Perlu juga diluruskan bahwa pendidikan tidak memiliki goal untuk menjadi kaya tetapi menjadi terdidik. Seperti kata pepatah bahwa tanaman beras semakin berisi semakin menunduk. Itulah hakikat pendidikan. Menjadi terdidik akan memberi pengaruh untuk mendidik lingkungan tempat tinggalnya, mendidik anaknya dikemudian hari bahkan dapat membantu orang lain. Selain itu, pendidikan merupakan salah satu jaringan koneksi yang mempertemukan satu pemikir dengan pemikir lainnya. Harapan dengan adanya pendidikan tentu sebagai pembuka jendela berpikir yang lebih luas sehingga seseorang tidak terkurung dalam pemikiran yang sempit dan itu itu saja.

3. Media Informasi

Media informasi sudah pasti diisi oleh orang yang terdidik. Oleh karena itu, media informasi memiliki peran penting sebagai pendidik masyarakat secara luas. Jika media informasi ini hanya berpusat pada keuntungan pribadi dengan menjerumuskan masyarakat dalam menerima informasi. Maka hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia semakin tidak terdidik untuk berfikir ilmiah.

4. Akses Kesehatan

Pernah dengar istilah “dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”? tentu hal ini bukanlah isapan jempol belaka. Jika kesehatan masyarakat terjamin akan menjadi kondisi optimal untuk dapat berfikir ilmiah. Kesehatan ini juga meliputi kesehatan jiwa dan raga.

5. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi yang baik tentu dapat menjangkau akses pendidikan dan kesehatan yang lebih optimal. Jika kondisi ekonomi sudah baik namun masih enggan berpikir ilmiah, bisa saja ia memiliki masalah dari keempat poin yang sebelumnya.

Batasan Berfikir Ilmiah

Berfikir ilmiah tentu memiliki batasan karena selain akal, setiap orang juga memiliki perasaan. Perasaan ini tentu tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. Termasuk pada keimanan seseorarang. Dalam Islam saja misalnya, terdapat keyakinan dunia setelah kematian yang tidak dapat dibuktikan secara logis. Oleh karena itu, diperlukan toleransi pada setiap keyakinan sehingga tidak terjadi perdebatan. Karena dengan memaksakan keyakinan pada orang lain juga bukan termasuk tindakan berpikir secara ilmiah.

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit