Sifat-Sifat Pengadu Domba

Sampai detik ini, aku masih saja tak percaya bahwa dia benar-benar melakukan hal itu di tempat suci, di dalam musholla yang seharusnya digunakan untuk bermunajat pada Allah. Sungguh! Kejadian itu telah melukai hatiku meskipun bukanlah aku yang menjadi korban melainkan sesorang yang telah menjadi sangat akrab denganku.

Sebuah Kisah

Kejadian itu bermula saat temanku mencurahkan perasaannya kepada seseorang yang dia percaya. Ada beberapa nama yang disebut temanku pada saat menyampaikan keluh kesahnya. Pemilik nama-nama yang disebut itu adalah orang-orang yang dianggap memiliki kekurangan di dalam bergaul dengan masyarakat, khususnya masalah syiar agama.

Suatu hari, seluruh warga diundang ke musholla untuk membahas mengenai rencana pembangunan musholla. Tanpa diduga, orang yang dipercaya temanku menjadi tempat berkeluh kesah itu mencatat semua pembicaraannya dengan temanku dan di print-out menjadi beberapa lembar. Catatan itu kemudian dibacakan di depan warga yang hadir pada undangan musyawarah itu.

Beberapa nama yang disebut temanku mendengar catatan percakapan itu menjadi kehilangan kendali. Sangat tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh temanku. Mereka dengan penuh tenaga memaki dan meluapkan kemarahannya pada temanku di dalam musholla yang ia rawat selama bertahun-tahun. Undangan musyawarah seakan hanya menjadi kedok belaka.

Sekarang, orang yang dipercaya temanku sebagai tempat berkeluh kesah dan membacakan apa yang dibicarakan temanku dengannya di depan umum bak jaksa menuntut terdakwa itu telah menggantikan temanku menjadi pengurus musholla yang sah. Berkat apa yang dilakukannya kepada temanku bisa menjadikannya sebagai orang terpilih menjadi tetua agama di sini.

Tanggapanku

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَّشَّآءٍۭ بِنَمِيمٍ (١١) مَّنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّۭ بَعْدَ ذَٰلِكَ زَنِيمٍ (١٣)

Apa yang dilakukan orang itu pada temanku telah membuat benih-benih perpecahan di masyarakat. Ada kubu pro dan ada pula kubu yang kontra.

Tidakkah ia pernah mendengar sebuah kisah tentang seorang salaf dikunjungi saudaranya, lalu saudaranya itu menyampaikan kepadanya tentang temannya untuk memfitnah. Maka berkata orang salaf itu kepadanya :” Wahai saudaraku, engkau telah menggunjing dan datang kepadaku dengan tiga kesalahan, yaitu : engkau telah berusaha memburukkan temanku dihadapanku, engkau telah menggelisahkanku karenanya dan terakhir engkau telah menganggap baik terhadap dirimu sendiri.

Bagaimana mungkin orang yang dipercaya sebagai tempat berkeluh kesah malah menyebarkannya di hadapan publik? Tidakkah ia pernah mendengar bahwasannya Muhammad bin Ka’ab pernah ditanya : ” Sifat mukmin yang bagaimanakah yang paling menghinakannya?” Ia menjawab : ” Banyak bicara, menyebarkan rahasia orang lain dan menerima setiap ucapan.” Kalau ia tidak suka dengan apa yang dikatakan temanku kenapa ia tidak bilang saat itu juga dan menasehatinya agar tidak menggunjing orang lain?

Apakah semua yang ditulis dan dibacakannya itu sesuai apa yang dikatakan temanku? Yakinkah jika saat menulisnya tidak kecampuran hawa nafsu? Seorang salaf berkata : ” Fitnah terbentuk dari tiga unsur : dusta, dengki dan kemunafikan, yang mana ini semua adalah tali rantai yang satu, yaitu kehinaan.”

Tidakkah juga pernah sampai padanya tentang kisah seorang laki-laki yang berkata kepada Amr bin Ubaid : “Sesungguhnya fulan masih terus menyebutkan namamu dalam cerita-ceritanya dengan keburukan.” Maka Amr berkata kepadanya : “Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau ini tidak menghormati etika pergaulan karena telah menyampaikan kepadaku ucapan fulan itu, engkau tidak menghormati hakku karena telah memberitahuku tentang fulan saudaraku apa yang aku tidak senangi. Ketahuilah saudaraku bahwa kematian adalah sesuatu yang akan meliputi kita, tapi itu pasti, liang lahat akan memeluk kita dan hari kiamat akan mengumpulkan kita, dan saat itu Allah akan mengadili kita dan Dia adalah Hakim Yang Paling Bijaksana.” Mengapa ia berani menjadi hakim yang berani mengadili mana yang salah dan mana yang benar?

Aku masih belum bisa menerima hal ini. Aku berharap ia segera meminta maaf sebelum bulan purnama kehilangan sinarnya.

[tahukah kata=”adu domba”][/tahukah]

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit