Ngobrolin soal tempat tinggal, masing-masing orang mempunyai bayangan ideal sendiri. Ada yang membayangkan rumah dengan halaman luas, pohon buah yang beragam, udara bersih dan sepi. Tipe seperti ini pastimemilih menyewarumah, sekalipun rumah tersebut berada dipinggiran kota dan harus menempuh jarak yang lumayan untuk sampai kekantor.
Ada yang membayangkan mempunyai rumah di gedung pencakar langit dengan fasilitas super lengkap, dekat dengan pusat perbelanjaan, dekat dengan fasilitas umum, ramai namun privasi tetap terjaga. Tipe seperti ini cenderung akan memilih menyewa apartemen, demi istirahat yang nyaman dan waktu tempuh ke kantor yang singkat.
Emak K gimana?
Emak K tim nyewa rumah, kalau bisa dekat kantor, fasilitas umum, sekaligus ada space main untuk bocah yang cukup. Hahaha. Kayak mimpi yang terlalu jauh, ya. Di tengah kota yang semakin padat, mana ada rumah dengan space main yang cukup untuk bocah? Boro-boro space main, ada tempat untuk menanam bunga barang 5 pot saja sudah syukur.
Si K yang super aktif menjadi alasan utama kenapa kami harus menyewa rumah. Hobinya main pasir, tanah dan air membutuhkan space halaman yang bisa digunakan untuk ngubek-ubek pasir, tanah dan air yang enggak membutuhkan perawatan lebih, alias seuplik tanah kosong. Aku enggak bisa membayangkan gimana kalau kami tinggal di apartemen, mungkin aku harus bersih-bersih jauh lebih sering atau aku harus memangkas hobi si Kdemi menjaga apartemen tetap bersih,
Letak apartemen yang tinggi membuatku berpikir seribu kali sejak abah K terkena GERD pertama kali. GERD membuatnya agak trauma dengan ketinggian setiap kali sensasi kambuh. Lha wong di lantai dua saja doi bolak-balik nanya apa sedang gempa karena merasa sempoyongan saat sensasi kambuh, apakabar kalau di lantai suwidak jaran. Belum soal liftnya. Setiap kali naik lift, abah K merasa vertigonya kambuh. Ngemall ke lantai 5 aja doi bela-belain muter nyari eksalator. Wkwkwkwk.
Terakhir, kami tipe-tipe orang yang punya privasi tetapi tetap membutuhkan interaksi sosial dengan tetangga. Kami pemuja jagongan, meskipun sekarang sudah enggak ngopi lagi. Sejauh mendengar pengalaman dari teman-teman yang tinggal di apartemen, interaksi jagongan dengan tetangga apartemen sangat minim. Itulah mengapa kami memilih untuk menyewa rumah. Apalagi aku adalah stay at home mom yang sangat membutuhkan temen nggosip,eh.
Lain halnya jika kami berdua adalah pekerja dan belum mempunyai anak, dengan kantor di tengah kota metropolitan, mungkin kami memilih untuk sewa apartemen dengan alasan kepraktisan hidup. ((kepraktisan hidup))
Apartemen menjadi pilihan yang tepat untuk yang kantornya berada di tengah kota metropolitan atau sering meeting di tengah kota metropolitan. Apalagi kalau jalanan sering macet, tinggal di apartemen bisa menabung waktu kita untuk istirahat.
Pun harga sewa apartemen jauh lebih terjangkau dibandingkan harga sewa rumah di lokasi yang sama. Eh, lagi pula, mana ada rumah yang disewakan di tengah kota metropolitan? Didukung oleh mudahnya jangkauan sarana transportasi umum dari apartemen, membuat waktu tempuh kita jauh lebih ringkas dan bisa menggunakan waktu lainnya untuk kegiatan refreshing.
Kalau sudah merasa cocok dengan lokasi apartemennya dan berencana tinggal dalam jangka waktu panjang, bisa mulai mencari referensi jual apartemen dengan harga yang sesuai kantong dengan cicilan yang enggak beda jauh dengan harga sewanya.
Capek muter-muter nyari apartemen yang sesuai dengan kantong? Jangan khawatir, kita bisa mensortir list apartemen yang dijual atau disewakan dulu di www.sewa-apartemen.net, baru kemudian survey satu-persatu apartemen yang sekiranya cocok di harga dan fasilitasnya.