Penalaran Sosial Berbeda Dengan Penalaran Mesin

[dropcap]M[/dropcap]enjadi seorang penulis kode yang setiap hari berkutat pada bermacam-macam model pemrograman membuat pola penalaranku lebih cenderung linear dan kaku. Hal ini sering kali berpengaruh pada aktivitas sosial yang sebetulnya membutuhkan penalaran berbeda dari penalaran yang kugunakan untuk menghidupkan mesin.

[one_half]

Interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Prof. Dr. Soerjono Soekamto

 

[/one_half][one_half_last]
Kesalahan penalaran yang kugunakan di dalam melakukan interaksi sosial akan menyebabkan rancunya kehidupan sosial yang berpotensi menimbulkan kegaduhan sosial. Hal ini terjadi bilamana penalaran yang kugunakan sangat jauh berbeda dari norma, nilai, dan etika yang berlaku pada kelompok sosial yang berinteraksi denganku.
[/one_half_last]

Toleransi Sosial

Masalah utama yang sering kuhadapi pada penalaran sosial adalah adanya toleransi pada interaksi sosial. Ketika menulis kode program yang cenderung tanpa toleransi. Variabel a harus diisi dengan nilainya, dan variabel b harus diisi dengan nilainya sendiri, tidak ada toleransi variabel a diisi dengan variabel b maupun sebaliknya. Tampaknya hal itu sangat berpengaruh pada pola penalaranku ketika berinteraksi dengan kelompok sosial.

Ketika aku atau kelompok sosial sudah menyepakati suatu kesepakatan sosial maka aku sering kali menihilkan toleransi jika ada anggota kelompok yang menyalahi kesepakatan meskipun kesalahan itu dibenarkan oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya keterlambatan seseorang dalam menghadiri undangan yang dianggap biasa terjadi di Indonesia.

Penyesuaian penalaran sebetulnya sudah kulakukan sedikit demi sedikit, misalnya aku juga menerapkan toleransi pada orang yang terlambat dengan batas tertentu. Jika misalnya aku mendapat undangan kemudian sampai lebih dari 1 jam dari batas undangan belum dimulai acaranya maka aku akan segera undur diri. Maka dalam hal ini batas toleransiku hanya 1 jam. Aku tidak peduli, entah di dalam acara itu dianggap penting atau tidak yang jelas aku menggunakan penalaranku untuk menjalankan kehidupan. Hal ini sebetulnya sering kali menjadi kerentanan sosial. Namun apa boleh buat, aku masih belum bisa menggunakan penalaran sosial sepenuhnya,

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit