Wanita sering kali menjadi korban ketamakan laki-laki akan hasrat seksual. Mereka acap kali dijadikan semacam [kamus kata=”budak”] seks (sex-slave) dengan berbagai bentuk perlakuan. Tidak hanya pada perilaku normal, mereka juga sering kali menjadi korban penyimpangan perilaku seksual yang dilakukan oleh kaum laki-laki.
Sebagai seorang pacar, wanita sering kali menjadi semacam [kamus kata=”objek”] yang dapat dikenakan perlakuan apa saja oleh pacarnya (laki-laki) yang dalam hal ini menjadi [kamus kata=”subjek”]. Kelemahannya seringkali dijadikan alat untuk memperdayanya agar berkenan melakukan hal-hal yang dirasa menguntungkan bagi pacar dalam beragam bentuk dan tujuan.
Tipu daya laki-laki untuk mendapatkan kesenangan sesaat dari wanita adalah nyata dan dilakukan dengan beragam cara termasuk melalui kekerasan. Entah itu kekerasan fisik, [kamus kata=”verbal”], maupun tekanan psikologi yang berkelanjutan. Siapa pun wanita tentunya harus waspada. Siapa saja berpotensi menjadi korban para laki-laki yang menjadi penjahat kelamin. Laki-laki seperti itu umumnya lihai dalam hal merayu, menyanjung-memuji, serta menyesuaikan pemikiran dengan calon korbannya.
Bermuka manis, bertabur senyum, mengobral janji, ataupun dengan banyak melakukan menyanjung-puji calon korban adalah tahapan awal ketika masih pada tahap pendekatan kepada korban. Tahapan ini dalam bahasa underground sering disebut dengan istilah spik-spik iblis atau SSI.
Tahapan selanjutnya adalah ketika calon korban sudah dirasa mulai mengikuti alur permainan maka sedikit demi sedikit akan diracuni dengan pikiran-pikiran yang mengarah pada hubungan seksual. [kamus kata=”Dosis”] racun ini akan bergam dan tergantung pada kekuatan calon korban dalam memegang teguh nilai dan norma yang diyakini kebenarannya. Jika calon korban itu dirasa sudah sangat goyah maka racun itu akan diberikan dengan dosis yang tinggi dengan harapan rencana jahat yang bersarang diotak segera bisa dilakukan. Dalam bahasa underground, istilah ini sering disebut dengan tahap [kamus kata=”eksekusi”].
Ketika perhitungan yang dilakukan penjahat kelamin tidak tepat alias dosis racun yang diberikan tidak tepat dan menyebabkan calon korban berusaha melepaskan diri dari cengkeraman maka biasanya akan disiapkan jurus pamungkas yaitu dengan cara kekerasan. Pada umumnya, ancaman akan selingkuh yang dilakukan laki-laki pada pacarnya sangat efektif untuk membuat calon korban mengurungkan niat untuk berontak. Sebaliknya, wanita itu akan tunduk dan tahapan awal yang mengarah pada perbudakan nafsu akan dimulai, “baiklah. Kali ini saja ya. Kamu beneran sayang padaku, kan?”. Kalimat yang sering muncul dari wanita yang diperdaya dengan ancaman [kamus kata=”selingkuh”] biasanya berisi pernyataan kesediaan dengan mengajukan suatu syarat dan penegasan ulang bahwa pacarnya (laki-laki) benar-benar bisa dipercaya dan tanggung jawab.
Ketika wanita calon korban mulai tampak terpengaruh racun yang disuntikkan maka penjahat kelamin akan bersorak girang karena merasa tanda-tanda keberhasilan mulai terlihat. Pada tahapan ini sebenarnya adalah waktu yang tepat untuk melakukan serangan balasan oleh wanita yang hendak dijadikan korban. Serangan balasan itu bisa dilakukan dengan cara berlagak mengikuti permainan dengan sebaik-baiknya. Kalaupun memang berkenan sebenarnya pada tahapan ini bisa dijadikan alat untuk memperkaya diri. Apapun yang diminta wanita calon korban pada tahapan ini akan dituruti karena laki-laki itu sudah merasa mulai dapat menaklukkan calon korbannya. Tapi kalau melakukan serangan balasan dengan cara ini akan berbahaya manakala wanita cenderung merasa tidak enak apalagi menyangkut balas [kamus kata=”budi”]. Ketika ia ditagih budi balasan dengan pelampiasan hasrat seksual maka akan sulit untuk mengelak.
Cara yang paling aman jika sudah mencium tanda-tanda racun sudah mulai ditanamkan pada otak wanita adalah meninggalkan laki-laki itu secepat mungkin. Janganlah merasa bahwa dia adalah laki-laki yang terbaik dan tidak bisa hidup tanpanya. Dengan begitu akan lebih leluasa mengatakan good by pada laki-laki yang mau mendapat layanan pelampiasan [kamus kata=”nafsu”] gratisan dengan cara yang tak dibernarkan. Biarkan para penjahat kelamin itu kena tanggung (kentang) alias gagal melakukan eksekusi. Amd.
[tahukah kata=”selingkuh”]