Pernah dengar bahwa kupu-kupu yang memasuki rumah adalah pertanda bahwa akan ada tamu yang berkunjung? Hal ini adalah salah satu mitos yang diketahui secara luas di Indonesia. Arti kata mitos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu; mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut; mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.
Pengertian Mitos
Anggraini 2018, mitos sejatinya merupakan salah satu bentuk nilai budaya yang dipercaya masyarakat secara turun temurun. Mitos seakan akan sesuatu yang tidak masuk akal. Banyak sekali mitos yang dipercayai, dilestarikan dan diwariskan pada generasi selanjutnya. Mitos merupakan kearifan lokal yang menuntun masyarakat pemiliknya untuk dapat bersikap arif dan bijaksana dalam bersikap dan bertingkah laku.
Sedangkan pada tulisan yang diunggah Zia Ul Haqdi laman Facebook miliknya, mitos terbentuk atas kreasi orang-orang yang berkepentingan. Entah itu individual atau kolektif. Tujuannya pun beragam. Bisa komersil ataupun politis. Selain itu mitos bisa berkembang menjadi sugesti. Mitos juga dibuat untuk memudahkan, mensugesti, dan menjadi semacam alat kontrol sosial di masyarakat. Dalam tulisan ini dapat diartikan bahwa mitos adalah anggapan-anggapan yang diakui oleh orang banyak tentang kebenaran suatu hal padahal belum tentu benar.
Anggraeni, 2018 menyebutkan bahwa, mitos merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang terus dijaga dan dilestarikan sebagai upaya pelestarian alam. Wujud mitos yang disebutkan dalam tulisan ini berupa makhluk halus yang akan bertindak atau “memberi hukuman” sesuai dengan kesalahan yang telah diperbuat manusia dan mitos terkait upacara keselamatan. Mitos ini akhirnya dapat membimbing masyarakat dalam memelihara lingkungan alam sekaligus lingkungan sosialnya.
Dalam penelitiannya pada tahun 2015-2016, diketahui bahwa pada salah satu mata pelajaran kelas X SMA terdapat materi mengenai kearifan lokal yang diselipkan pada buku pembelajaran siswa sebagai salah satu metode pembelajaran. Penggunaan kearifan lokal sebagai metode pembelajaran dinilai penting karena selain menuntun menjadi lebih bijaksana, kearifan lokal dianggap terancam punah karena tidak terwariskan pada generasi selanjutnya. Kepunahan ini dapat terjadi akibat modernisasi yang menggunakan realitas sebagai landasan berfikir. Salah satu dampak nyata dari adanya modernisasi ini adalah pembangunan infrastruktur yang semakin masif.
Mitos dan Kelestarian Alam
Saat ini mitos dipandang sebagai tahayul yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sebagai contoh pada mitos bahwa adanya makhluk halus penunggu hutan yang akan marah apabila “rumahnya” dirusak. Makhluk halus ini dipercaya akan mengganggu kehidupan perusak hutan dengan cara yang mengerikan hingga akhirnya perusak ini akan kehilangan nyawanya.
Salah satu mitos tentang kelestarian alam adalah umang-umang. Makhluk halus bernama umang-umang yang bertempat tinggal digunung. Umang-umang ini menjelma menjadi nenek bermuka sedih yang selalu menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat di hutan. Nenek tersebut akan meratap minta tolong pada orang yang tersesat. Jika orang itu datang menghampiri dan berniat menolong, maka orang itu akan ditolong dan ditunjukkan jalan yang benar oleh si nenek. Namun kalau orang tersesat itu tidak mau menolong, malah berpikiran ‘buat apa aku nolong orang itu, sedang aku juga sedang kesulitan’ maka orang itu akan semakin tersesat dan tak tertolong.
Terlepas dari kebenarannya, umang-umang ini mengajarkan hal positif dalam kehidupan yakni untuk saling tolong menolong satu sama lain. Selain itu, keberadaan umang-umang juga menjadi simbol adanya penunggu hutan yang apabila seseorang dengan pikiran, niat dan sikap yang buruk maka akan tertimpa kemalangan. Anggapan seperti ini membuat orang yang mendatangi daerah atau hutan itu menjadi lebih mawas diri terhadap apa yang ada dipikirannya dan senantiasa berperilaku yang baik.
Dampak Negatif Mitos terhadap Kelestarian Alam
Selain hal positif seperti mitos sebagai penjaga kelestarian alam, penjaga norma dan kesusilaan, mitos juga memiliki dampak negatif seperti pembunuhan hewan tertentu karena dianggap sebagai pembawa kemalangan. Sebagai contoh dalam goodnewsfromindonesia.id, menyebutkan bahwa di Kalimantan Selatan, banyak yang mempercayai bahwa keberadaan trenggiling di suatu desa adalah pertanda yang kurang baik dan diyakini sebagai jelmaan makhluk halus. Kepercayaan tersebut membuat trenggiling sangat dihindari keberadaannya. Jika trenggiling terlihat memasuki pemukiman, trenggiling akan ditangkap untuk dimusnahkan dengan cara dibakar karena diyakini bahwa roh jahat yang menjelma menjadi trenggiling itu hanya bisa musnah jika dibakar.
***
Saat ini selain mitos sebenarnya banyak bermunculan organisasi pencinta lingkungan sebagai upaya pelestarian. Namun dalam prakteknya, organisasi ini kesulitan untuk menyebarkan kesadaran menjaga lingkungan karena kurangnya edukasi dan sugesti dalam masyarakat. permasalahan yang sering muncul adalah penebangan hutan oleh perusahaan besar. Meskipun sudah ada hukum dan sistem yang mengatur hal itu, pemerintah dan organisasi pecinta alam masih banyak kecolongan sehingga ketika hutan sudah habis dan bencana mulai berdatangan baru diketahui bahwa perusahaan tersebut melakukan penebangan hutan.
Salah satu contoh penebangan hutan karena mulai terkikisnya kepercayaan mitos, seperti yang dilansir BBC.com, adalah penjualan tanah hutan adat kepada perusahaan Korea Selatan. Dalam prosesnya, salah satu warga mempengaruhi berbagai kepala marga di wilayah itu untuk mau melepaskan tanah hutan adatnya pada perusahaan menggunakan iming-iming biaya ganti rugi pohon dengan nominal yang tinggi. Hal ini menyebabkan pembakaran dan penebangan hutan secara besar besaran dilakukan oleh perusahaan. Warga yang mulai merasakan dampak penebangan hutan ini merasa menyesal karena merusak sumber air dan menghilangkan tempat mencari makanan. Selain itu, pertikaian antar warga bahkan antar saudara dalam memperebutkan wilayah batas tanah semakin tak terkendali.
Dari pemaparan yang telah disampaikan sebelumnya, di zaman modern saat ini memang diperlukan realitas sebagai landasan berfikir sehingga dapat menentukan hal benar yang didasari teori ilmiah. Teori ilmiah saat ini menunjukkan banyaknya kerusakan alam dan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan kelestarian alam dan upaya untuk menjaganya. Namun, mitos tertentu masih menjadi cara yang paling efektif untuk memupuk hati masyarakat supaya tersugesti untuk tetap menghormati dan menjaga alam sehingga alampun melakukan hal yang sama pada kehidupan masyarakat.