Mau ngajak rembukan mamahe K terkait give away tapi doi masih tidur. Ya sudah. Sambil nunggu dia bangun, aku ingin bercerita sedikit tentang rancangan Taman Baca Masyarakat yang sedang kami garap.
Nun jauh di sana, di tempat kelahiranku, kesadaran masyarakat akan literasi masih sangat minim. Jangankan beli buku bacaan umum, beli buku untuk menunjang kegiatan akademik di sekolah saja masih sangat kurang greget. Hal ini terjadi karena memang lemahnya daya beli masyarakat di daerah sana. Lha wong mau beli beras saja terkadang masih pake acara ngutang segala, kok. Mau beli buku? Sebetulnya ironis juga sih. Petani kok beli beras. Tapi begitulah faktanya.
Beberapa waktu yang lalu, kami main ke sana. Banyak adik-adik (anak tetangga) main ke rumah orang tuaku di sana. Berbagi mainan dan buku bacaan dengan si K. Kebetulan memang si Widut kalau ke mana-mana selalu bawa buku untuk si K. Terlebih kalau ada rencana nginep. Melihat antusiasnya adik-adik itu membaca buku dan bermain puzzle, membuatku terbersit untuk merancang Taman Baca Masyarakat.
Sepulang dari sana, kami langsung meluncur ke tempatnya mbak Mita, pendiri sekaligus pengelola TBM Rumah Mentari yang berada di dareah Getasan kabupaten Semarang. Kami mengorek gambaran pengelolaan TBM. Kami pun membagikan wacana ini kepada teman-teman yang dirasa peduli pada kegiatan literasi. Tanpa diduga, beberapa temannya Widut malah langsung ngirim beberapa paket buku bacaan. Ada yang dari Brunei Darussalam, Jakarta, dan lainnya.
Keluarga di kampung sampai bingung karena hampir setiap minggu dapat kiriman paket. Tapi karena kami tidak berada di sana, paket itu tidak dibuka. Kecuali yang buku Kyai Kantong Bolong. ????
Aku masih belum bisa ke sana lagi untuk sekedar mencari teman yang bersedia membantu pengelolaan TBM. Awal Januari dapat giliran jadi tuan rumah Kumpulan RT. Jadi nunggu dulu sampai acara itu selesai.
Terimakasih untuk teman-teman yang telah bersedia menyumbangkan buku bacaan untuk TBM yang masih dalam tahap rancangan ini. ????