Menilik Geliat Industi Pertanian di Kaki Merbabu

Saat menulis ini, aku kangen dengan masa kecil yang penuh dengan rindang pepohonan, sampai-sampai harus mengendapkan sebentar tulisan tentang industri pertanian di Kaki Merbabu, khususnya Salatiga, hanya untuk menata kembali emosi agar tulisan enggak berisi keluhan. Ya, areal rindang pepohonan dan pertanian di masa kecil telah disulap menjadi areal pabrik. Pohon-pohon kelapa tinggi menjulang kini diganti oleh pasak-pasak besi. Selokan tempat bersembunyi paling nyaman, kini sudah berubah fungsi menjadi tempat pembuangan limbah.

Perubahan drastis dari hijau ke serba abu-abu, praktis membuat udara semakin panas dan cenderung pengap. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Masyarakat mulai berbenah diri, menanam di lahan yang sempit, tidak sedikit yang memelihara ikan di kolam berukuran 2 x 1 meter, bahkan di Lereng Merbabu mulai digalakkan pertanian organik yang lebih menjanjikan.

Menanam di Lahan yang Sempit

Lahan untuk bertani semakin sempit tidak menyurutkan niat warga untuk tetap bercocok tanam. Tidak sedikit warga yang mulai bertanam apapun di lahan mereka, dengan media yang mudah dijumpai di sekitarnya. Ada yang bertanam menggunakan polybag, ada pula yang menggunakan plastik bekas kemasan minyak goreng. Meskipun belum bisa menyuplai kebutuhan lauk dan sayur harian keluarga, namun sudah mampu membuat udara terkesan sejuk dan rindang.

Hidroponik

Tinggal di perumahan dengan lahan terbuka yang sangat terbatas tidak menjadikan Ibu Endang putus asa. Ibu Endang yang merupakan guru ekonomi jaman sekolah di SMP 1 Salatiga, menyulap lantai atas rumahnya menjadi lahan hidroponik yang hijau dan menghasilkan. Aneka sayuran tersedia, dari kangkung, slada, hingga daun mint. Lantai atas yang biasanya hanya digunakan untuk tempat jemuran, oleh bu Endang disulap menjadi lahan hijau yang menyejukkan mata. Beliau juga tidak lelah mengenalkan hidroponik di grup Kabar Salatiga, grup Facebook kebanggaan warga Salatiga.

Industri Pertanian Hidroponik Salatiga
Hidroponik di Rumah bu Endang, src: Grup Kabar Salatiga

Awesome.

Emak K ingin sowan suatu saat nanti. Jika dulu belajar ekonomi di sekolah, kini emak K ingin belajar tentang ilmu hidroponik. Siapa tahu bisa menyuplai sayuran sendiri.

Nyayur, Teknologi Kekinian Penunjang Industri Pertanian di Salatiga

Nyayur, aplikasi semacam marketplace, yang jualannya sekitar sayur dan bahan makanan lainnya. Foundernya mas Arfi’an Rifai, pegiat D’tech yang moncer. Lulusan SMK yang mampu bersaing di kancah internasional dalam bidang desain. Bertujuan sangat mulia: mensupport petani lokal untuk bersaing dengan aplikasi-aplikasi bermodal raksasa. Nyayur didirikan dengan tekad nan mulia; agar petani tidak dipermainkan oleh harga.

Aku sudah mencoba tahun lalu. Berbelanja melalui aplikasi sangat menyenangkan. Sangat membantu kala emak K riweh dengan si K dan enggak sempat ke pasar. Nyayur hanya menjual produk terbaik, jika ditemukan cacat pada sayur yang diantar, akan diganti lain hari; gratis. Dengan harga yang 11-12 dibandingkan sayur di pedagang keliling, Nyayur menawarkan kualitas terbaik dan gratis pengiriman dengan pembelanjaan jumlah tertentu.

 

Jika ketiga hal ini dilaksanakan secara kontinyu, dibarengi dengan semangat regenerasi, menghentikan sounding ‘Jangan jadi petani kayak bapak’ kepada anak-anak, aku yakin, geliat industri pertanian di Salatiga akan semakin merebak, menjadi gaya hidup yang sehat di sela-sela pekerjaan harian. Mungkin, jurusan teknologi pertanian kedepan akan kembali antri pendaftar. Kesejahteraan petani semakin meningkat. Aku berandai-andai, kelak petani menjadi profesi yang bergengsi, yang berdaulat mandiri, tidak mudah diombang-ambingkan permainan harga yang kerap mencekik leher belakangan ini.

Widi Utami
Widi Utamihttp://widiutami.com
Home Based Education Interested. Love reading, writing and travelling. Interested in blogging. Live in Salatiga, a small city near Merbabu Mountain

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit