Menikahi Manusia

Menikahi manusia, sejatinya adalah belajar mengenal sepanjang masa. 

Lha, siapa juga yang bilang jika kita menikah dengan robot? 😅
Boro-boro manusia, lha wong kucing saja tingkah lakunya bisa berubah. Jika ia mengitari kaki artinya butuh belaian sayang, jika ia menjilat-jilat di depan artinya minta makan, jika tetiba nubruk-nubruk nggak jelas, barangkali sedang patah hati karena ditolak cintanya. Apalagi manusia, yang otaknya lebih sempurna dengan perasaan (seharusnya) lebih peka.

Sesepuh seringkali bertutur, bahwa lamanya pacaran tak menjamin sudah mengenal sifat pasangan hingga ke dasar-dasarnya 

Tak sedikit orang yang sudah pacaran hingga bilangan belasan tahun, setelah menikah tetiba kaget dengan sifat pasangan yang ternyata sangat jauh berbeda dengan yang dipahami selama ini.
Pun, ada pula yang memilih jalan ta’aruf, juga belum mampu memahami sifat pasangan dan memilih untuk menyudahi.
Tak menutup kemungkinan yang sudah menikah belasan tahun dan terlihat damai-damai saja, tetiba tertiup kabar perceraian karena orang ketiga yang dianggap lebih memahami dirinya daripada pasangannya.
Karena kita menikah dengan manusia, belajar mengenal (harusnya) terus menerus sepanjang masa. Jangan karena merasa sudah paham sepaham-pahamnya, lantas tak mau berbincang kembali, saling mengutarakan perasaan yang terpendam.

Manusia punya hati, yang dengan mudah dibolak-balik oleh Robbuna. 

Belajar banyak dari pasangan-pasangan di kampung halaman yang sudah menjalani pernikahan puluhan tahun lamanya, tak berhenti mengenali pasangan menjadi salah satu kuncinya.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit