Mengobati Insomnia Dengan Menulis

Susah tidur adalah kebiasaan lama yang susah dihilangkan meskipun bermacam upaya telah kulakukan. Kebiasaan ini, sejak aku masih teenager sampai sekarang memiliki anak satu memang sesekali menghilang namun, tak lama lagi ia kembali dengan memelukku begitu erat. Seakan perpisahan yang cuma sebentar itu membuat insomnia merasakan rindu yang teramat sangat padaku hingga ia sulit untuk pergi (lagi) ketika sudah bersua denganku.

Isi pikiran yang semrawut, entah karena urusan pekerjaan, rumah tangga, sosial, ataupun lainnya memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan. Pikiran itulah yang kucurigai menjadi penyebab insomnia menjangkit sedemikian akut. Terkadang aku sampai iri pada mereka yang bisa dengan mudahnya tidur tepat waktu kemudian bangun sebelum subuh untuk memadu cinta dengan Kekasih Sejati. Jujur saja hal itu sangat sulit kulakukan meskipun hidup di pondok tanpa gadget sekalipun.

Aku pernah berusaha melawan insomnia dengan memperbanyak membaca sholawat, berdzikir, menghafal Qur’an atau sekedar muroja’ah hafalan, membaca rotib, dan aktivitas yang relijius lainnya. Namun insomnia tetap tak bergeming. Mungkin para setan penggoda takut ketularan insomnia sehingga pikiranku bebas saja melayang-layang memikirkan ayat-ayat kauniyah tanpa digoda dengan rasa kantuk yang memberatkan mata. Aku juga pernah berusaha melawan insomnia dengan musik. Aku paling suka lagu-lagunya Dima Bashar serta kakaknya, Ahmad Bashar dari Jordania, sholawat-sholawat yang dilantunkan Ali As’ad bersama grup Al-Muqtashidah, An-Nabawiyah, Ar-Roudloh, atau lainnya dari Pondok Langitan Tuban, lagu-lagunya Majda Roumi, atau lagu-lagunya Siti Nurhaliza, Superman Is Dead, dan lain sebagainya. Mendengar lagu-lagu itu bukannya membuat terlelap malah asyik mendengarkan sampai playlist habis. Mendengarkan murotal Qur’an atau manaqiban juga begitu. Kadang cuma mendengar kadang malah pengen ikut membaca meskipun hanya dalam hati. Percobaan melawan insomnia dengan audio yang sering berhasil malah ketika mendengar mutiara hikmah yang disampaikan oleh Almaghfurlah Kyai Ahmad Asrori Al-Ishaqi dari Al-Fithrah  Kedinding Surabaya. Biasanya belum genap satu jam mendengarkan sudah bisa terlelap tapi, ini juga tak bisa selalu diandalkan.

Ada yang bilang kalau menyalurkan hasrat seksual bisa membantu untuk escape dari insomnia. Sayangnya hal itu sepertinya juga tak berlaku padaku. Ketenangan batin dan pikir itu hanya terjadi beberapa menit saja setelah melakukan nganu itu. Setelah itu, pikiran kembali melanglang buana ke tempat asalnya; entah mengurai variabel-variabel yang belum terpecahkan, memikirkan nasib, memikirkan urusan hati, atau kembali membayangkan bertemu baginda Nabi.

Teknik pernafasan juga ampuh untuk mengatasi insomnia menurut sebagian orang. Tahan nafas selema beberapa detik (ada hitungannya khusus) kemudian dilepaskan. Begitu seterusnya sampai tertidur. Namun tampaknya juga masih kurang berhasil juga.

Bermacam-macam cara itu kulakukan dengan tujuan bisa hidup dengan pola yang sehat. Namun tampaknya belum berhasil. Sekarang, aku sedang mencoba mengamati pola menulis dan efeknya yang terjadi padaku. Mungkinkan menulis bisa menjadi obat insomnia yang ampuh? Hal ini lah yang sedang kuamati.

Kebiasaan menulis telah ada padaku sejak lama. Sepertinya memang kebiasaan menulis ini adalah akibat dari adanya insomnia sih. Dulu, ketika masih sekolah, ketika insomnia melanda biasanya kugunakan untuk menulis di diary atau membuka LKS untuk mengisi soal-soal. Ketika mahasiswa, insomnia membawaku menjadi rajin nulis di blog. Sekarang ketika insomnia hadir tampaknya bukan lagi menulis yang menjadi pengalihan. Banyak hal yang mengganggu fikiran membuatku tak mampu untuk menulis lagi.

Aku berfikir begini: Insomnia itu disebabkan karena terpecahnya fikiran ke beberapa titik fokus masalah atau pikiran yang fokus pada satu masalah yang sangat berat. Intinya otak masih dalam keadaan super aktif bekerja hingga tak mampu memberi stimulus untuk free-up memory dan lay-down. Dengan menulis, sepertinya aku bisa mengontrol otak untuk secara enerjik melakukan ini dan itu tanpa beban yang tinggi. Namun ini masih berupa asusmsi. Meskipun beberapa kali menulis bisa membantuku mengatasi insomnia tetapi aku belum berani menyimpulkan bahwa menulis itu efektif untuk mengatasi insomnia.

Tulisan ini merupakan awal pengamatan pribadi terkait menulis untuk mengobati insomnia. Bukan digunakan sebagai rujukan umum karena kita semua tahu bahwa karakter, sifat, kondisi, ataupun situasi masing-masing orang berbeda.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit