Jeggboy, begitulah nama yang kudengar dari istriku ketika aku mencoba browsing untuk mencari layanan delivery order yang ada di Salatiga.
Ketika pertama kali mendengar kata Jeggboy, imajinasiku langsung menggambarkan seorang tukang ojeg laki-laki seperti yang sering kulihat di pangkalan ojeg tak jauh dari tempat tinggalku. Selain imajinasi liar itu, pikiranku juga diliputi dengan praduga-praduga negatif.
Aku berkata pada istriku:
Pasti mahal! Selain kita harus membayar biaya makanan yang dipesan, kita juga harus membayar ojegnya.
Istriku kemudian menjelaskan mengenai informasi harga yang didapatnya dari jejaring sosial. Namun, aku tak begitu saja percaya. Masih melanjutkan browsingku sambil memegang gagang telpon untuk menghubungi contact center layanan demi layanan yang kujumpai di jagat internet. Satu persatu kuhubungi, ternyata tidak ada yang bisa membantu memenuhi hasratku. Layanan delivery order yang dibuat oleh penjual makanan sudah mendekati jam tutup. Tidak bisa melayani pesananku. Akhirnya, aku pun menyerah. Aku minta istriku untuk menghubungi Jeggboy. Tapi apesnya Jeggboy juga sedang libur. Sedang ada meeting All Crew.
Beberapa hari kemudian, saat perut sedang mengaum-aum meminta haknya tetapi pas kebetulan si kecil rewel dan gak bisa ditinggal untuk memasak, aku meminta istriku untuk menghubungi Jeggboy. Pesan soto dua porsi. Menunggu kedatangan crew Jeggboy datang dalam keadaan perut yang sangat lapar terasa sangat lama. Berkali-kali kutanya istriku, “sudah sampai mana? Masih lama? Jadi diantar gak?”. Namanya baru pertama kali mau nyoba layanan yang baru kudengar, wajar saja kalau masih kurang percaya. Namun, ketika si Jeggboy datang, kesanku berubah. Aku menaruh hati pada perkenalan pertama.
Setelah perkenalan pertama itu, Jeggboy menjadi langganan yang bisa kuandalkan. Berkali-kali pesan makanan dengan bervareasi menu dan vendor. Termasuk meminta Jeggboy untuk membelikan makanan di tempat favorit. Jeggboy juga pernah menyelamatkanku ketika saat itu hujan sangat deras dan kebetulan bawa mantel yang salah, aku meminta Jeggboy untuk membelikan mantel. Luar biasa! Harganya lebih murah dari mantel yang kubeli sendiri di salah satu pusat perbelanjaan Salatiga beberapa hari sebelumnya.
Hal yang paling mengesankan dari Jeggboy selama aku menggunakan layanannya adalah ketika aku di Jakarta dan kebetulan ada urusan yang harus diselesaikan di Salatiga. Jeggboy bisa kuandalkan untuk mengambil surat yang sudah ditandatangani dan distempel oleh direktur di Semarang dan kuminta menyerahkannya kepada temanku yang selanjutnya mengurus pemberkasan di salah satu instansi pemerintahan di Salatiga.
Masih kurang ceritanya tentang Jeggboy? Pantau terus blognya cah bagus ini. Nanti kisah-kisah seru dengan Jeggboy akan kutulis dengan detail di rubrik khusus. Deal? Kasih komen dong yang setuju. 😅
[taq_review]
Wahahahaha… ruarrrr byazaaah
Bisa nganter orang gk sih?
Bisa, gan. Silahkan dicoba. Jeggboy Salatiga pokoke sip lah.