Mengajari Istri Untuk Tawakkal

Aku sudah sering bilang pada Widut, istriku, mengenai kepasrahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta jagat raya, Allah subhanahu wata’ala. Namun meskipun begitu bukan berarti ia mampu melakukannya dengan penuh kesadaran. Sebaliknya ia malah sering menggerutu dan mengatakan sangat berat untuk melakukannya. Bahkan! Suatu ketika ia malah menuduhku lepas tangan dari masalah dan menganggap aku membebankan masalah itu sepenuhnya padanya. Kurang ajar, bukan? Makanya aku tanpa henti dan putus asa mengajarinya untuk melakukan tawakkal.

Ketika si K membanting HP untuk yang kedua kalinya dan menyebabkan HP itu langsung rusak seketika, Widut mengaku shock dan berkali-kali menanyaiku yang tampak biasa saja. Ia tidak percaya kalau aku biasa saja melihat HP yang baru dibeli seminggu sebelumnya sudah rusak.

Aku tahu kalau Widut benar-benar shock dengan kejadian itu. Ia kehilangan mood untuk menulis dan berbagaimacam aktivitas lainnya. Tapi kali ini, cara untuk mengekspresikan badmood-nya sudah lumayan baik. Tidak uring-uringan seperti dulu. Sudah ada sedikit peningkatan. Ya! Meskipun aku masih bersikap datar saja seperti biasanya akan tetapi aku berusaha menjaga perasaannya agar tidak tambah dongkol. Dua malam berturut-turut aku mengajaknya menonton film. Bukan di bioskop, bukan! Hanya streaming lewat laptop.

Entah kenapa, tiba-tiba beberapa hari yang lalu, aku kepingin menyerviskan HP yang rusak itu. Dengan agak ragu, Widut mengiyakan ajakanku. Setelah muter-muter nyari tempat servis HP akhirnya ketemu yang buka dan bisa membetulkan kerusakan HP itu. Insta Cell namanya. Setelah mbak penjaga melihat-lihat HPnya kemudian ia mengatakan kalau HP tersebut harus ganti LCD dengan biaya sekitar Rp.500.000. Mendengar hal itu, aku menjadi ragu karena saat itu hanya membawa uang Rp. 350.000 dan uang di rekening tidak ada sama sekali. Aku minta pendapat pada Widut tetapi ia menyerahkan sepenuhnya padaku. “Manut”, katanya. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap menyerviskannya.

Saat perjalanan pulang, aku bertanya pada Widut “terus nanti bayarnya gimana?”, Pancingku. Widut tak mau tau malah seakan menyalahkan keputusanku. Aku katakan padanya “yang merusakkan gusti Allah biarkan Allah sendiri yang mengurusnya (membetulkannya)”. Namun, jawaban itu tampaknya belum membuatnya lega.

Malam hari, sebelum kuajak nonton film pada malam kedua, aku nyoba buka Paypal. Alangkah terkejutnya ada saldo $72 yang dikirim 2 hari sebelumnya oleh pak bos. Bayaran yang tidak utuh tapi bisa digunakan untuk bayar servis HP. Aku perlihatkan pada Widut dan tampaknya membuat ia senang. Tapi aku heran melihat ekspresinya yang datar saja. Aku malah bingung ketika sedang menonton film ia berkali-kali tampak ngalem dengan cara memelukku dan menciumiku. Ia tampak haru. Entah karena ajaran tawakkal berhasil atau karena ada kejutan dari gusti Allah lewat pak bos atau haru karena aku mendadak ngajak nonton film padahal biasanya anti atau karena ada hal lain, aku belum tahu. Biarkan saja menjadi rahasia. Aku tidak akan menanyainya tapi kalau ia bercerita sendiri ya tetap aku dengarkan. Ya! Meskipun mendengarkannya sambil main mobil lejen kan ndak masalah, to?

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit