Membiasakan Anak Berkreasi Sesuai Imajinasinya

Anak adalah salah satu anugerah dari Allah yang sangat besar nilainya. Seorang yang dianugerahi anak tentu memiliki kewajiban untuk merawat, menjaga, serta mendidiknya dengan baik. Bukan dijadikan sebagai pemuas nafsu orang tua entah dengan mengeksploitasi kemampuannya atau dengan cara lain.

Sekedar Lewat

Aku sering mengatakan pada Widut bahwasannya anak itu seperti orang lain yang kita temui di pinggir jalan yang secara kebetulan (takdir) bertemu dengan kita. Ketika kita berpapasan dengannya maka kita harus menggaulinya dengan baik serta memberikan hak-haknya dengan baik. Jikalau suatu saat kita berpisah dengan orang yang berpapasan dengan kita kemudian apa yang telah kita lakukan tidak dibalas kebaikan pula oleh orang tersebut maka tak sepatutnya kita menggerutu. Demikian pula ketika kita sudah bersusah payah merawat, mendidik, serta menjaga anak dengan baik namun ternyata ia menjadi anak yang jauh dari harapan maka tak sepatutnya kita menggerutu.

Anak yang lewat di dalam kehidupan kita memiliki beragam karakter dan daya imajinasi. Tentu tak elok jika kita menanamkan karakter asing padanya sesuai keinginan kita. Anak bukanlah kertas kosong. Ia memiliki bekal naluri, karakter, imajinasi, perasaan, dan lain sebagainya sejak lahir. Untuk itu, kita tak sepatutnya memaksa anak menjadi pribadi yang kita idamkan. Berusaha dan berharap boleh tetapi jangan memaksa.

Sejak kecil, anak memanglah sangat rentan dieksploitasi oleh orang-orang di sekelilingnya termasuk orang tuanya sendiri yang dititipi amanat untuk merawatnya. Sebagai contoh, anak sering diminta untuk mencium pipi kanan-kiri orang tua, kening, atau bagian lainnya untuk menyenangkan orang tua. Diminta tekun belajar dan diminta untuk les atau private sana-sini agar menjadi anak berprestasi demi meningkatkan derajat sosial orang tuanya.

Biarkan Anak Menentukan Pilihannya Sendiri

Sebagai orang tua, seyogyanya kita bisa memberi kebebasan pada anak untuk menentukan pilihannya sendiri. Biarkan daya kreasinya tumbuh beriring dengan tambahnya usia dan pengetahuannya. Kita bisa memantau perkembangannya dan mengireksinya jika melakukan kesalahan namun tidak perlu mendiktenya untuk melakukan ini itu. Biarkan ia melakukan sesuatu atas kehendak dan kesadarannya sendiri.

Anak yang terlalu dikekang dengan aturan yang sangat ketat bisa jadi akan sangat menurut ketika berada di rumah tetapi menjadi liar ketika di luar. Hal ini disebabkan karena ia menurut karena takut bukan karena kesadaran diri.

Seorang anak yang sangat dilarang untuk bermain gadget bisa saja menurut ketika di rumah tetapi ketika diluar rasa penasarannya pada gadget membuatnya berontak dan menjadikannya liar. Bahkan berani mencuri milik orang lain demi memuaskan akumulasi rasa penasarannya yang terpendam.

Karakter manusia memang berbeda-beda namun adakalanya memiliki kecenderungan yang hampir sama. Seorang yang pada mulanya dikekang untuk melakukan ini dan itu lalu di kemudian hari mendapatkan celah untuk sekedar keluar sesaat dari kekangan akan membuatnya beringas dan sulit dikendalikan jika ia merasakan zona nyaman di luar kekangannya lebih menyenangkan.

Paksaan Bukanlah Alat Utama

Anak yang sulit untuk dinasehati atau diarahkan ketika menyalahi norma atau nilai yang berlaku memang terkadang butuh paksaan. Namun sebetulnya paksaan bukanlah alat utama dan satu-satunya.

Komunikasi yang intim dengan anak untuk mengetahui suasana batin anak dan kemauannya sangat diperlukan agar orang tua tidak terjebak dengan praduga bersalah pada anak. Kenapa ia melakukan kesalahan, bagaimana perasaannya setelah melakukan hal itu, apakah ia sadar kalau yang dilakukan itu salah perlu kita selidiki sebelum menerapkan paksaan pada anak.

Jikalau kita gegabah kemudian sering memaksa anak untuk melakukan ini dan itu tanpa peduli pada perasaan maupun kemauannya maka hal itu bisa saja menumpulkan daya kreasi, imajinasi, maupun kepekaannya pada hal atau kejadian yang ada di sekitarnya. Ia malah akan menjadi seperti chip robot yang berjalan karena ada perintah yang diinstall sebelumnya (pre-installed) maupun dijalankan saat ia sudah aktif (runtime).

Biarkan jiwa anak berkembang, nalurinya terasah, imajinasinya melambung, dan kreasinya menajam. Tak perlu kita mencampurinya dengan nafsu ingin menguasai dan mengeksploitasinya.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit