Mbok'e, Bahagiakah Engkau di Sana?

Mbok’e! Begitulah biasa aku memanggilnya. Beliau adalah ibu dari ibuku. Dengan kata lain, beliau adalah nenekku.

Nenek telah wafat setahun yang lalu. Ketika itu, aku dalam perjalanan ke Pati, ke tempat kerja di PT. Adisanekta Podomarem Group. Karena saat itu keuanganku menipis, aku tidak pulang meskipun kesedihan yang kurasakan sangat dalam.

Usai sholat maghrib tangisku pecah. Kehilangan nenek membuatku merasa sangat sedih hingga tak mampu menahan airmataku. Terlebih lagi, aki tidak bisa mengikuti prosesi pemakaman beliau. Aku hanya bisa mendoakan dari jauh. Dengan suara terbata-bata kubacakan surat Tabarok dan Yasin dan dilanjut dengan tahlil untuk kuhadiahkan kepada nenek. 

Nenek adalah wanita terbaik setelah ibuku yang mengajariku tentang makna hidup. Beliau sangat tekun beribadah. Hingga ajal menjemput, beliau tetap istiqomah sholat berjamaah. Ketika nyawanya diambil, nenek hanya melewatkan satu sholat saja yaitu ashar.

Sore itu, nenek mengeluh kepalanya pusing. Ketika dibopong ke tempat tidur, nenek bilang, “aku rasane wis ra kuat”. Bu lek dan keluarga yang lain segera menghubungi petugas medis. Menjelang maghrib, nenek telah meninggalkan kita semua.

Kabar ketiadaan nenek membuat kami tergunjang. Pun warga sekitar. Siang itu, nenek masih terlihat biasa saja merawat kambing. Beliau juga masih kuat ke warung membelikan obat untuk ayamnya yang sakit. Namun, sore harinya ternyata nenek harus berpisah dengan kami.

Aku hanya bisa mengirim doa kepada nenek. Di saat rinduku pada nenek kian membuncah seperti saat ini, aku sangat berharap bisa bertemu dengan nenek dalam mimpi. Ingin rasanya mendengar suaranya yang lembut dan meminta nasehat-nasehatnya yang bijak.

Nenek lah yang mengenalkanku kepada thoriqoh. Kebaikan budi pekerti dan keistiqomahan nenek dalam menjalankan amalan-amalan thoriqoh membuatku sangat ingin membaiatkan diri ikut thoriqoh. Namun, ketika datang ke pondok Al-Fithrah Surabaya, pengurusnya bilang kalau sekarang sedang masa fathroh atau kekosongan mursyid sehingga untuk saat ini tidak bisa menerima pembaiatan murid thoriqoh.

Aku berharap suatu saat bisa mengikuti thoriqoh untuk memperbaiki diri. Semoga rinduku pada nenek menambahkan kekuatan dan semangat dalam meneladani kehidupannya.

Mbok’e! Aku menyayangimu. Semoga engkau bahagia di sana.

Cheers
Nusagates

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit