Lima Makanan Khas Bojonegoro yang Ingin Kucicipi Setelah Badai Corona Berlalu

Badai corona membuat pemda dan pemerintah pusat melarang perantau untuk mudik jelang lebaran. Semua tiket kereta api di-refund. Sedih? Sedikit. Hehehe, memang perasaannya santai saja, tetapi tetep ada sedihnya kalau membayangkan lebaran tanpa mudik, tanpa ketemu keluarga besar. Bagaimanapun, aku optimis jika lebaran badai corona sudah reda, sampai-sampai aku mendaftar lima makanan khas Bojonegoro yang ingin kucicipi kelak saat mudik. Makanan khas Indonesia dari pelosok Bojonegoro ini beberapa kudapatkan hanya saat lebaran tiba. Hahaha.

Peyek Dele Khas Bojonegoro

Peyek dele Bojonegoro ini lain dengan peyek-nya Salatiga. Selain isinya kacang kedelai, ada bumbu khas yang membedakan dengan peyek Salatiga; cabe dan irisan daun jeruk. Iya, bumbunya dikasih cabe. Biasanya pada pake cabe keriting, cabenya digeprek enggak lembut. Kulit cabe njendul-njendul di peyek. Hahaha.

Kalau ada peyek dele, aku bisa betah duduk sambil ngobrol. Peyek dele setoples bisa kuhabiskan sendiri. Suwargi Mboke (Mbah putrinya abah K) sampai hafal kalau cucu mantunya ini paling seneng dengan peyek dele. Setiap aku sowan saat lebaran, Suwargi Mboke pasti sengaja nyariin setoples peyek dele buatku. Hiks, Allahummaghfirlaha warkhamha Wa’afiha Wa’fuanha… .

Pecel Bungkus Dong Jati

Bungkus dong jati ini wajib, enggak bisa ditawar. Wajib juga nasi ditaruh di dong jati pas panas-panase. Sebab panas yang menguar ini menyatukan aroma nasi dan dong jati, membangkitkan nafsu makan. Harga pecel dong jati murahnya kelewatan, dengan uang 3k kita sudah bisa menikmati pecel dong jati komplit degan bakwan dan tempe goreng.

Biasanya setelah shalat subuh aku ke pasar desa untuk berburu pecel. Antre, kayak antre bubur jaman aku masih di Salatiga.

Hai, Bojonegoro, tunggu aku pulang, ya!

Asem-asem Dong Dondong

Asem-asem dong dondong ini masakan mertua. Emak mertua jago masaknya. Biasanya beliau memasak asem-asem dong dondong dengan daging sapi, daging kambing atau daging ayam. Yang bikin kangen, rasanya segar dan enggak bau amis. Pedes-asem-segar, cocok dengan cuaca Bojonegoro yang panas.

Biasanya aku membuat sayur asem dengan asem jawa. Belum pernah sekalipun aku membuat sayur asem dengan daun dondong, lha wong pohon dondong seperti apa saja aku enggak tahu. Hahaha.

Telur Dadar Kelapa Parut

Aku belum pernah mencicipi telur dadar kelapa parut sebelum menikah. Hanya di rumah emak mertua aku mendapati telur dadar kelapa parut. Gurih banget rasanya. Salah satu lauk khas emak mertua yang belum pernah kumasak sampai sekarang karena ogah repot marut kelapa. Haha.

Embel-embel nan Legit

Aku belum pernah makan embel-embel selain di Bojonegoro dan Cepu-Blora. Embel-embel adalah jajan pasar yang dibagi-bagi saat selametan hari weton bayi. Terbuat dari nasi jagung dan tepung ketan yang diisi gula merah di dalamnya. Dibungkus daun pisang, lalu dikukus di atas tungku kayu.

Ya Allah, sudah kebayang lezatnya. Kebayang guyubnya jagongan sambil menikmati makanan dan camilan khas kampung. Apalagi kalau sedang ngepasi panen, menikmati matahari terbenam diantara padi-padi yang menguning.

Dear Indonesia, lekas sehat, lekas membaik. Dear Covid-19, please, lekas pulang, jangan balik lagi. Sudah cukup sampai disini. Dear imunitas tubuh setiap manusia di muka bumi, lekas kebal dan menangkan perang melawan virus Covid-19 ini.

Dear Allah, kami mohon ampunan-Mu. Kami memohon dengan seluruh pinta dan daya, mohon sembuhkan saudara-saudara kami yang sakit, mohon mudahkan rekan-rekan yang sedang berupaya untuk menanggulangi wabah ini, mohon jalan keluar dari situasi ini.

Widi Utami
Widi Utamihttp://widiutami.com
Home Based Education Interested. Love reading, writing and travelling. Interested in blogging. Live in Salatiga, a small city near Merbabu Mountain

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit