Kyai Ahmad Suja’i Wafat, Aku Kehilangan Seorang Guru

Pak Ja’i, begitu kami memanggilnya. Beliau adalah guru bahasa Arab di MTs Nurul Yaqin yang berlokasi di desa Pengkol, kecamatan Tambakrejo, kabupaten Bojonegoro. Beliau berasal dari desa Klempun, kecamatan Ngraho, kabupaten Bojonegoro. Beliau sangat disiplin dalam mengajar. Hukuman fisik tak jarang diberikan kepada siswa yang bandel.

Aku masih ingat suatu saat beliau mendengar ada siswa yang mengumandangkan adzan dhuhur dipanggil untuk menghadap beliau karena ada yang salah. Bacaan الصلاة dibaca seperti الصلاح. Huruf ه menjadi ح. Hal itu menjadi perhatian serius bagi beliau. Jika ada siswa yang sudah diingatkan tetapi tetap saja salah maka akan dihukum.

Pak Ja’i adalah salah satu guru bahasa Arab yang telah membuatku menyukai bahasa Arab. Beliau sering menggunakan bahasa Jawa untuk memaknai bahasa Arab karena merasa ada keterbatasan kosakata bahasa Indonesia jika digunakan untuk menerjemahkan bahasa Arab. Beliau menyontohkan kalimat ان pada kalimah syahadat dimaknai menggunakan bahasa jawa menjadi yentho. Padanan kata ini tidak ditemukan dalam kosakata bahasa Indonesia. Meskipun kami mengajukan kata bahwa, jika, dll. tetap tidak diterima. Menurut beliau semua yang kami ajukan belum pas untuk menggantikan kata yentho.

Selain mendapat ilmu bahasa Arab dari pak Ja’i, aku juga mendapat  kesempatan untuk tabarukan ngaji kitab Idhotun Nasi’in selama bulan ramadhan dalam rangka pondok romadlon yang diwajibkan oleh MTs Nurul Yaqin. Saat itu, ketika presiden RI dijabat oleh Gus Dur, pada bulan Ramadhan sekolah diliburkan dan MTs Nurul Yaqin mewajibkan peserta didiknya untuk mengikuti kegiatan pondok romadlon yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan yang diasuh oleh pak Ja’i. Aku mengikuti Idhotun Nasi’in, Risalatul Jamaah, dan Ta’limul Muta’alim. Namun, hanya Idhotun Nasi’in yang diajar langsung oleh Pak Ja’i.

Pak Ja’i aktif di organisasi Nahdlotul Ulama (NU). Beliau tercatat menjadi muhtasyar MWC NU kecamatan Ngraho. Beliau adalah salah satu ulama NU panutan di daerah. Hal ini dikarenakan selain dari kealiman beliau dibidang ilmu fikih, beliau juga sangat wira’i dalam menjalani kehidupan.

Hari ini, di grup Whatsapp ada kabar bahwasannya pak Ja’i telah wafat di rumah sakit Padangan. Beliau memang sudah agak lama sakit diabetes dan ternyata hari ini adalah hari yang dipilih Allah untuk beliau sowan kepada yang Maha Cinta.

Semoga Allah merahmati beliau dan menjadikan semua ilmu-ilmu yang telah diajarkannya mejadi bermanfaat. Semoga segala kesalahan yang disengaja maupun tidak dimaafkan oleh Allah. Semoga beliau berkenan menganggapku sebagai murid meskipun ketika diajar dulu aku sangat bandel dan cenderung lambat untuk memahami materi.

Alfatihah.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit