Sebagai emak-emak newbie, kaldu ayam adalah alat perang wajib agar emak tetap waras saat melewati drama MPASI. Apalagi jika kebetulan mempunyai anak yang irit makan, persoalan MPASI sangat menghantui hari-hari emak newbie. Dulu saat si K masih berumur 7 bulan, nyaris setiap hari aku berhadapan dengan Gerakan Tolak Makan (GTM), masih ditambah rewel karena gigi yang mulai tumbuh. Berat badan cuma naik satu-dua ons, bahkan pernah enggak naik sama sekali dalam jangka waktu satu bulan. Stressnya dobel.
Drama MPASI si K
Melihat foto si K yang gembil level dewa saat masih ASIX membuatku melankolis. Susahnya MPASI menjadi salah satu penyebab badan yang melangsing selain ulah si K yang anteng kitiran. Komentar rang-orang tentang si K yang terlihat mungil membuat level melankolisku meningkat tajam.
Nah kan, jadi kangen si K pada masa gembil-gembilnya. Pipinya cubit-able.
Susah-susah Masak, eh, Cuma Diicip Doang
Membuat MPASI homemade, terutama di awal-awal yang masih berupa bubur saring, perjuangannya ngalahin masak opor ayam. Misalnya nih, kalau menunya bubur saring jagung manis, brokoli dan daging ikan. Jagung manis dipipil dulu, direbus sampai lunak. Brokoli dibersihkan, bersihin brokoli itu gampang-gampang susah, tahu sendiri ulat di brokoli nyempil kecil banget, setelah bersih, direbus sampai lunak. Daging ikan difillet, dibersihkan durinya, direbus sampai lunak.
Setelah itu, baru diblender bareng-bareng sampai lembut. Selesai? Belum, masih harus disaring. Nyaring jagung yang agak drama, kulit-kulit tipisnya lumayan banyak. Setelah selesai, disuapkan ke anak, anaknya lagi enggak doyan makan entah kenapa, bubur saring di sendok cuma dijilat-jilat terus dilepeh.
Emak cuma bisa narik nafas dalam-dalam sambil mengulang-ulang mantra, “Sabbbaarrrrr….”
Makan Lahap, Kesedak Air Putih
Namanya juga emak sayang anak, segala usaha dilakukan agar anak bisa lahap makan. Kadang pura-pura bermain pesawat terbang yang meluncur ke mulut. Sukses? Sukses, dong. Bungah. Bubur saring yang disediakan di mangkuk sudah ludes. Waktunya minum air putih.
Eh, kesedak.
Muntah.
Makanan yang disuapkan dengan susah payah keluar semua.
Rasanya mau nangis, tetapi malu dengan anak.
Emak Memilih Selow, Mengandalkan Kaldu Ayam
Seiring si K yang semakin besar dan anteng kitiran, waktu untuk berkreasi dengan aneka menu semakin sempit, bahkan nyaris enggak sempat. Apalagi aku mengasuh anak dan mengerjakan segala printilan rumah hanya dibantu oleh abah K, daripada waktu habis untuk membuat aneka menu yang susah dimakan si K, mending biarkan si K menemukan mood makan dengan sendirinya.
Ya, saat si K berumur 9 bulan, dimana menunya sudah bisa menggunakan menu keluarga, aku mengendorkan standar makan si K. Yang penting nasi lunak dan tanpa gula garam sampai usia satu tahun. Abah K kuminta untuk menyesuaikan menu dengan si K, nasi yang biasanya standar enjadi super lunak. Jika biasanya beras 1 gelas, airnya hanya 1,5 gelas atau 2 gelas, sekarang beras 1 gelas airnya 3 gelas. Nyaris lembek kayak bubur. Hahaha. Untung abah K doyan.
Untuk sayurnya, aku menyamakan dengan menu keluarga, hanya beda cara masaknya saja. Abah K dimasak pedas, milik si K cuma dipotong-potong, rebus, tambahkan kaldu ayam sebagai pelezat–bisa dibilang ini pengganti msg. Kadang ditumis dengan santan dan ditambahkan kaldu ayam.
Masaknya selow, bisa disambi nyuci dan bersih-bersih dapur. Kaldu ayam menjadi salah satu alat perang yang cukup membantu. Kadang kalau abah K sedang ingin makan bubur ayam, buburnya dimasak di rice cooker, saat masak kuahnya ditambah kaldu ayam, rasanya enggak kalah dengan yang dijual di tempat favorit abah K. Emak K narsis, biarin saja ya. :p
Seiring waktu, si K menemukan mood makannya. Emak selow, menikmati waktu bersama si K dengan sedikit melonggarkan aturan agar tetap bisa waras, toh, kaldu ayam ini aman untuk anak-anak. :p
Kalau kamu, drama saat MPASInya apa, Dear? 😀