Hanya Keledai Yang Tidak Marah Ketika Agamanya Dinista

Kalimat yang kujadikan judul itu seringkali digunakan untuk menydindir orang-orang yang tampak tenang melihat suatu permasalahan. Orang yang tampak tenang dan tidak emosi itu seringkali dianggap tidak memiliki ghirah untuk membela agama ketika ada hal-hal sensitif menyangkut agama terusik. Aku sering kali menimpali dengan datar kalimat itu meskipun secara logika aku masuk ke dalam golongan orang-orang yang disindir.

Dulu, aku merupakan orang yang sangat keras dalam beragama. Pengetahuanku tentang agama yang sedikit membuatku sering menganggap ini dan itu haram. Aku merasa banyak sekali kesalahan yang dilakukan oleh masyarakat yang mengaku beragama Islam di sekitarku. Namun seiring berjalannya waktu, banyak pendapat-pendapat ulama yang berbeda sampai ke telingaku, banyak teman-teman yang berbeda denganku, aku mulai belajar toleransi. Aku berusaha tidak lagi gampang menuduh ini dan itu salah. Aku mencoba melihatnya dari perspektif berbeda terlebih dahulu.

Dianggap Tidak Membela Agama

Aku pernah diserang oleh seseorang secara verbal karena dianggap tidak mau membela agama yang telah secara nyata dinistakan oleh seseorang. Saat itu, sedang ramai-ramainya sosial media membahas tentang seseorang yang menganggap ada yang lebih merdu dibandingkan dengan suara Adzan. Aku merasa hal itu bukanlah suatu penistaan maka dari itu aku dianggap tidak membela agama.

Alasan yang kuajukan saat itu cukup sederhada sebetulnya. Aku menggunakan logika dasar untuk menyikapi hal itu. Orang yang menganggap satai lebih enak dari gule tidak bisa dianggap orang tersebut menistakan gule. Kalau menganggap sesuatu lebih enak dari yang lain dianggap sebagai penistaan atas yang lain maka alangkah runyamnya hidup ini. Seorang programmer PHP lebih menyukai PHP dibanding ASP dianggap menistakan ASP. Seorang pengguna Ubuntu karena menyukai Ubuntu dianggap menistakan Windows, Mac OS, atau OS lainnya.

Penguasaan Ilmu Agama Berbeda

Kita perlu menyadari bahwa kondisi masyarakat yang beragam tentu saja menghasilkan penguasaan agama yang beragam pula. Kalau ada anak usia TK tidak mau disuruh belajar agama atau disuruh sholat malah memilih bermain bersama teman-temannya kan tidak dianggap sebagai penistaan. Kita perlu menyadari dan memahami bahwa ada sebagian masyarakat muslim di sekitar kita pemahamannya masih seperti anak TK itu. Kalupun ia melakukan kesalahan jangan lantas dianggap sebagai penista agama. Tuntunlah dia dan kasihilah dia. Jangan malah diperkusi, di demo besar-besaran, apalagi sampai ada ancaman pembunuhan segala.

Sudah selayaknya yang memiliki pengetahuan lebih tentang agama menularkan ilmunya kepada yang memiliki sedikit ilmu. Bukan malah menggunakan ilmunya untuk menghakimi kesalahan demi kesalahan yang diperbuat orang yang sedikit ilmu tersebut. Kalaupun orang yang miskin ilmu itu ngotot dengan kebenaran yang diyakinya bukan berarti itu menjadi dasar diperbolehkan untuk memerangi mereka selagi mereka tidak memerangi orang lain untuk memaksakan kebenaran itu. Bersabarlah menghadapi mereka dengan terus menerus memberikan kasih, sayang, dan tambahan wawasan. Lama-lama ia akan sadar dengan sendirinya. Toh kalau mereka tidak sadar, kita akan tetap mendapat nilai tersendiri di sisi Allah yang maha Pengasih.

Saling Mengisi Dalam Berdakwah

Alangkah eloknya jika pendakwah itu saling mengisi satu sama lain. Pendakwah yang suka dengan cara santun mengisi dakwah di tempat-tempat yang memang hanya bisa dijangkau dengan cara yang santun dan pendakwah yang suka dengan cara-cara kasar menyasar tempat-tempat yang memang membutuhkan hal itu misalnya di daerah yang banyak begal, perampok, dan daerah-daerah yang keras lainnya.

Kedua metode dakwah itu diperlukan untuk porsinya masing-masing. Namun kalau pendakwah malah saling menyalahkan karena metode yang berbeda itu maka malah akan melemahkan kekuatan Islam itu sendiri.

Titik Didih Manusia Berbeda

Disadari atau tidak setiap manusia memiliki titik didih untuk marah yang berbeda. Ada orang yang dilihat saja sudah marah karena menganggap orang yang melihatnya itu seperti menantang. Ada orang yang sampai diludahi, dilempar kotoran, dilempar batu sampai berdarah tidak marah. Ada orang yang melihat masjid dikencingi seseorang marah ada pula yang tidak dan hanya meminta bekas kencingnya dibersihkan saja.

Tidak setuju terhadap perilaku menyimpang dan marah terhadap hal itu adalah dua hal yang berbeda. Contoh sederhananya begini: ada seseorang yang tidak setuju diadakannya tahlilan di sebuah acara namun ia tidak marah jika hal itu dilakukan. Menyampaikan keberatan atas sesuatu adalah satu hal dan marah terhadapnya adalah hal yang lain lagi. Kita harus bisa membedakannya.

Latihan Menahan Marah

Sewaktu aku kecil sampai beranjak dewasa aku suka marah-marah. Jika minta sesuatu pada orang tua tidak dituruti maka aku akan marah yang menggemparkan karena akan merusak apa saja yang dapat dirusak. Ketika bermasyarakat pun seperti itu ketika ada seseorang yang berbeda pandangan denganku maka aku akan menyerangnya habis-habisan. Pendapat dan keyakinanku lah yang paling benar.

Ketika kuliah di surabaya, kekakuanku dalam beragama terasa semakin meruncing. Setiap pulang ke rumah, aku sering menyalahkan bapak dan ibu yang kuanggap masih jauh dari aturan agama meskipun aku tahu keduanya rajin sholat 5 waktu. Hal itu seringkali memicu perdebatan. Orang serumah menentang pendapatku habis-habisan dan hal itu membuatku sedikit tidak akur dengan saudara-saudara kandungku.

Seiring berjalannya waktu, banyak pendapat ulama yang disampaikan kepadaku membuatku sedikit menurunkan tensi. Ketika aku dihadapkan dengan kenyataan hidup berdampingan dengan non muslim dan beragam karakter manusia lainnya aku pun mulai belajar toleransi. Aku belajar tidak mudah menuduh dan menyalahkan. Nyatanya hal itu terasa lebih menentramkan dalam menjalankan agama. Tidak lagi merasa was-was terhadap sesuatu hanya karena pandangan yang sempit.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

Baru Terbit