Konsep desain maupun arsitektur suatu bangunan seringkali membuatku terpukau. Apalagi jika konsep yang didesain mengacu pada nuansa pedesaan (rustic). Aku sering berlama-lama memandangnya untuk memanjakan mata atau memotretnya untuk menjadikannya bagian dari koleksi kliping karya seni.
Di Salatiga, kafe yang mengusung konsep pedesaan adalah tempat favorit untuk nongkrong. Begitu pula jika pergi ke luar kota. Rumah makan maupun rumah singgah yang bergaya rustic akan menjadi pilihan utama sebelum pilihan tersebut digeser oleh aksesibilitas dan ketersediaan budget.
Pulang ke kampung halaman merupakan bagian dari berwisata. Selain untuk bernostalgia dengan keluarga, tetangga, dan handai taulan, di kampung halaman memang menyimpan sisi keindahan tersendiri.
Rumah orang tua di kampung memiliki pekarangan yang lumayan luas. Di pekarangan itu terdapat beberapa macam tanaman berbuah diantaranya ada mangga, salak, jambu, nangka, srikaya, belimbing, sawo, dan alpukat. Ada beberapa jenis tumbuhan berbunga seperti mawar, melati, anggrek, kembang kertas, gembong, dan beberapa lainnya tidak kuketahui namanya. Selain itu, pekarangan juga ditanami cabai, tomat, terong, labu, bayam, dan beberpa jenis umbi-umbian, kacang-kacangan, dan aneka kunyit beserta koleganya.
Di halaman depan rumah ada bagian yang sengaja tidak ditanami pepohonan karena digunakan untuk menjemur hasil panen. Di tempat ini biasa digunakan untuk bermain sepedaan, bulu tangkis, volley, sepak bola, maupun permainan tradisional seperti sodor, blek, beteng, hong, dll. Permainan khas anak-anak kampung.
Setiap pagi dan sore, suara riuh burung kutilang, emprit, srikatan, maupun lainnya mengalun dari atas pepohonan yang ada di sekitar pekarangan rumah. Ketika siang hari dan cuaca sangat panas, perpaduan antara pohon nangka dan juwet yang rindang bisa menyulap keadaan menjadi sejuk. Ditambah lagi di dekat pohon itu ada buah salak yang bisa dipetik setiap saat menjadikan suasan semakin menyenangkan.
Sekarang ini, di kampung sedang musim mangga. Cuaca yang tidak menentu terkadang membuat turbulensi udara terjadi dan menyebabkan angin kencang menghembus. Di saat sebagian orang tua khawatir dengan angin kencang yang berhembus, banyak anak kecil yang malah riuh bersorak sorai sambil menunggu mangga jatuh di sekitar pekarangan. Aduhai pemandangan yang indah melihat senyuman mereka mengembang meskipun terkadang harus rela jatuh tersungkur karena berebut dengan teman. Pantas saja kalau emak tidak mau menjual mangga-mangga itu meskipun banyak yang menawar. Padahal kondisi ekonomi sedang sulit karena di musim kemarau tidak bisa menanam apa-apa di sawah. Buah-buahan yang ada di pekarangan itu memang sering dibagikan ke tetangga. Kalaupun tidak sempat membagikan, biasanya ya ada beberapa tetangga yang disuruh mengambil sendiri. Ada juga yang tanpa disuruh sudah mengambilnya kemudian lapor. Ada juga yang tidak memberitahu sama sekali.
Pokoknya asyik deh berwisata di kampung halaman.