Sejak Hebi dan Kani tinggal bersama di rumah nenek, mereka tampak begitu bergembira. Rumah nenek kini pun selalu ramai dengan canda dan tawa mereka. Melihat mereka sangat gembira, nenek ikut gembira. Kani pun dibuatkan kamar khusus oleh nenek.
Setiap hari, Hebi dan Kani membantu nenek bekerja dengan sepenuh hati. Hebi bertugas mencari sayur-sayuran untuk dimasak nenek. Sedangkan Kani biasanya ikut membantu nenek mencari ikan di sungai. Dia bertugas menjaga gentong agar ikan-ikan yang sudah ditangkap nenek tidak kabur lagi ke sungai.
Tiba-tiba dari kejauhan tampak si Hebi lari tergopoh-gopoh mendekati nenek dan Kani yang sedang mencari ikan bersama.
“Neneeek! Nenee…..kkk!” Teriak Hebi saat sudah berada di dekat nenek. Nafasnya tersengal-sengal karena habis lari sekuat tenaganya.
“Ada apa, Bi? Kamu dikejar serigala lagi?” Tanya nenek sambil setengah berlari mendekati Hebi untuk segera melindunginya dari segala bahaya. Hebi dan Kani segera diraih untuk digendongnya. Nenek bersiaga penuh jika ada serigala yang akan menerkam hewan kesayangan yang dianggap seperti cucunya sendiri itu.
“Bukan, nek! Tapi…” Kata Hebi terputus. Dia tampak ragu atau bahkan takut untuk meneruskan perkataannya itu.
“Tapi apa? Kamu mencuri ikan nenek, lagi?” Canda nenek sambil tertawa kecil. Kani ikut tertawa.
“Bukan, nek. Bukan itu. Tapi.. anu.. tapi.. Oni mengamuk di rumah nenek”
“Halah… kan sudah biasa si rakus itu ngamuk, Bi. Kayak gak tahu kebiasaannya saja kamu itu” Jawab nenek santai.
“Tapi, nek. Tapi Oni merusak kamar Kani. Dia mengobrak-abriknya sampai hancur berantakan” jawab Hebi dengan sangat sedih.
Nenek sangat kaget mendengar jawaban Hebi. Kani pun tak kalah terkejutnya. Merasa kamarnya telah dirusak oleh si rakus yang nakal dia menjadi sangat marah. Dia segera turun dari gendongan nenek dan berlari menuju rumah nenek.
Nenek dan Hebi segera mengejar Kani yang berlari dengan penuh amarah. “Tunggu aku, Kani!” Teriak Hebi sambil mengejarnya.
Sesampainya di rumah nenek, Kani langsung berusaha mengejar Oni yang terlihat sedang bingung di atap rumah. Melihat hal itu, Oni lari terbirit-birit agar tidak tertangkap oleh Kani. Setelah beberapa saat terjadi kejar-kejaran antara Kani dengan Oni, nenek dan Hebi sampailah di rumah.
Melihat si nenek sudah di rumah, Oni pun segera mendekati nenek untuk meminta perlindungannya dari kejaran Kani. Meskipun Oni tahu kalau nenek sebetulnya juga sangat marah padanya tapi dia yakin kalau nenek tidak akan menyakitinya. Hati nenek sangat lembut.
“Nek…! Tolong Oni, nek. Tolong Oni.” Rengek Oni sambil bersembunyi di belakang nenek dari kejaran Kani.
Kani masih berusaha menangkap Oni yang berlindung di balik nenek. Beberapa kali si Kani berusaha menerkam Oni namun gagal karena terhalang tubuh nenek. Kani segera diraih nenek untuk digendong.
“Sudah Kani. Sudah!” Bujuk nenek agar Kani menghentikan kejarannya pada Oni. “Tidak baik marah-marah begitu” lanjutnya.
Setelah suasana tenang, Hebi mulai pembicaraan. “Ini salahmu, Oni. Kenapa kamu merusak kamar Kani? Apa salahnya?” Cerca Hebi.
“Maafkan aku, Bi. Aku sedang kalut.” Jawab Oni singkat.
“Jangan minta maaf padaku. Mintalah pada Kani yang kamarnya kamu rusak” tukas Hebi.
Belum sempat Oni meminta maaf, nenek bertanya pada Oni “kamu kenapa? Ada masalah apa?”.
“Anu, nek” kata Oni sambil mendekat pada nenek. “Aku diancam mau dimangsa sama si Ula”. Lanjutnya dengan mata sembab menahan air mata.
Nenek, Hebi, dan Kani sangat terkejut mendengar jawaban Oni. “Siapa Ula itu, Oni?” tanya Kani yang tampak sudah bisa meredam kemarahannya.
“Iya! Siapa dia? Kenapa kamu mau dimangsa?” Sambung Hebi yang juga penasaran.
“Dia ular sawah yang biasa membeli makanan dariku. Tadi pagi, dia kehilangan salah satu telurnya saat ditinggal mandi. Dia mencurigai aku sebagai pencurinya. Oleh sebab itu, dia mengancam mau memangsaku kalau tidak mengembalikan telurnya itu” jelas Oni. Kali ini, dia tidak dapat lagi menahan air matanya untuk jatuh.
Nenek segera meraih Oni. Membawanya duduk di kursi yang biasa digunakan nenek untuk istirahat. Nenek mengelus-elus Oni untuk menenangkannya. Hebi dan Kani duduk di pangkuan nenek sambil menatap Oni dengan iba.
“Kamu beneran tidak mencuri telurnya Ula?” tanya nenek memecah keheningan.
“Tidak, nek. Aku tidak mungkin berani melakukannya, Nek. Aku tidak sebodoh itu menyerahkan nyawaku cuma-cuma”.
“Lalu kenapa kamu merusak kamarnya Kani? Apa hubungannya?” Tanya nenek penasaran.
“Iya. Kenapa?” Sahut Hebi yang juga penasaran.
“Aku mengira telur itu diambil oleh Kani. Selama ini, si Ula tidak pernah kehilangan telurnya. Tapi, baru 3 hari Kani tinggal di sini ada kejadian seperti ini” Jawab Kani.
“Jadi kamu menganggapku sebagai pencuri, gitu?” Sergah Kani yang tampak mulai tersulut emosi lagi.
“Maafkan aku, Kani”. Jawab Oni sambil memejamkan matanya. Ia tampak begitu ketakutan.
Nenek berusaha mendamaikan Kani dan Oni yang tampak mulai mau bertikai lagi. Mereka diajak makan dulu sebelum melanjutkan obrolan berat siang itu. Nenek berjanji akan melindungi Oni jika ular sawah itu benar-benar akan memangsanya.