Pada 8 Mei 2017 lalu, Menkopolhukam Wiranto bersama Menkumham Yasonna H. Laoly, Mendagri Tjahjo Kumolo , dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberi keterangan pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta. Hal ini terkait keputusan pemerintah untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Berdasarkan pernyataan Wiranto disebutkan bahwa pembubaran HTI ini telah melalui mekanisme yang panjang. Wiranto mengatakan, pembubaran HTI telah melalui proses panjang, lewat pengamatan dan mempelajari nilai yang dianut ormas tersebut. Meski tak mengingkari HTI sebagai organisasi dakwah, Wiranto beranggapan tindakan dan dakwah mereka mengancam kedaulatan negara. “Dakwah yang disampaikan masuk wilayah politik,” kata Wiranto.
Wiranto juga mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan HTI terindikasi kuat telah bertentangan dengan tujuan, asas, serta ciri dalam Pancasila dan UUD 1945.”Aktivitas yang dilakukan nyata-nyata telah menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat serta membahayakan keutuhan NKRI,” ujar Wiranto dalam konferensi pers di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Senin (8/5/2017).
Pembubaran HTI yang dilakukan oleh pemerintah merupakan bentuk pembekuan atau pelarangan organisasi tersebut untuk membuat kegiatan dalam ranah publik atas nama organisasi. Namun, kegiatan kader HTI dengan ideologi dan karakteristik yang sama tanpa embel-embel organisasi HTI masih mungkin dilakukan. BNPT, Densus 88, TNI, Polri, bahkan Banser yang memiliki kedigjayaan sundul langit pun tak akan bisa mengendus sisa-sisa ideologi kader yang masih bersemayam di hati dan bersatu di pikiran. Kalaupun mereka berhasil mengendus, tak mungkin mereka bisa memborgol hati dan pikiran mantan kader HTI untuk kemudian dijebloskan ke dalam jeruji besi. Secara fisik, orangnya mungkin bisa di tangkap dan dipaksa mendekam di penjara sebagai tahanan politik atau tahanan jenis lain namun untuk hati dan fikiran belum tentu bisa dilakukan.
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan pembubaran NU yang tampak lebih mudah seakan kadernya tak memiliki semangat militansi babar blas (sama sekali). Jangankan berusaha melawan ketika hendak dibubarkan, para kadernya malah seakan berebut untuk menjadi yang pertamax sebagai pemicu pembubaran tersebut. Mau bukti? Silahkan ikut acara kendurian atau tahlilan yang dilakukan oleh ormas ahli bid’ah ini kemudian ucapkan keras-keras kalimat ini: Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad di tengah-tengah acara atau ketika acara tersebut hampir selesai. Tak perlu komando dari imam, mereka akan membubarkan diri dengan penuh semangat dan riang gembira.
Cheers
Nusagates