“Balalan”, Tradisi Halal Bihalal di Purworejo, Jawa Tengah

Hari Raya Idul Fitri baru saja beranjak dari hari-hari kita. Rasa bahagia karena bisa berkumpul dengan sanak saudara dalam balutan kegembiraan, hadir bersamaan dengan rasa khawatir tak akan bisa menikmati Ramadhan yang akan datang. Meski baru beberapa hari berlalu, tapi kerinduan terhadap syahdunya bulan suci itu sudah menggebu-gebu. Entah, apakah ini benar-benar rasa rindu, ataukah sebenarnya rasa sesal karena bulan suci kemarin tidak dimanfaatkan secara optimal.

Baiklah, bulan Syawal masih menyisakan separuh jalan. Puasa syawalnya apakah sudah dilakukan? Hehe… Katanya rindu bulan Ramadhan, Rin… :p Ya, semoga Allah masih memberi kita umur panjang, agar tahun depan kita bisa menikmati bulan Ramadhan kembali. Aamiin.

Omong-omong, lebaran tahun ini, alhamdulillah saya bisa menikmati shalat ied di kampung halaman, Purworejo, Jawa Tengah. Jika dua tahun sebelumnya, berturut-turut saya merayakannya di tempat mertua, tahun ini suami menghendaki sebaliknya. Gantian, katanya…

Oya, mertua saya tinggal di Majalengka. Bagaimana perayaan Idul Fitri di sana, akan saya ceritakan di tulisan selanjutnya yaa… Kali ini saya akan bercerita bagaimana kami, warga Purworejo, merayakan lebaran.

Sejenak kembali ke Ramadhan terakhir kemarin. Saat bedug maghrib terdengar, kebetulan saya masih antre gorengan di warung tetangga. Agak terlambat beli takjil, karena ba’da ashar kami “nyekar” atau ziarah kubur. “Nyekar” di hari terakhir Ramadhan juga menjadi tradisi di sini. Jangan heran bila melihat makam menjadi amat ramai. Apalagi kebetulan Idul Fitri jatuh pada hari Jumat kan?

 

Memasuki waktu isya’, di beberapa masjid suara takbir sudah terdengar. Hati ini amat gembira. Menjelang jam 9 malam, pawai takbir keliling pun kian menyemarakkan suasana. Empat bocah lelaki kecil di rumah ini, bersuka cita menyaksikan arak-arakan tersebut.

Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar

Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar

Allaahu akbar walillaahil hamd

Esok paginya, kami bersiap untuk ke masjid. Anak-anak perempuan bapak, menyiapkan makanan (menghangatkan, lebih tepatnya, karena opor ayam sudah kami masak sehari sebelumnya) dan minuman hangat untuk disantap sebelum berangkat shalat. Para bapak membangunkan bocah-bocah, yang masih berpikir bahwa hari ini masih harus puasa.

“Kita nggak sahur lagi, Ma?” tanya Amay. Mamanya menjawab, “Enggak, hari ini kita lebaran. Nanti kita semua shalat ied di masjid. Mandi dulu sana, gantian!”

Dan begitulah… Orang-orang ramai berduyun-duyun sambil bertakbir mengikuti suara dari masjid. Tak hanya oleh warga setempat, masjid juga dipenuhi oleh para “balen”, alias orang-orang yang pulang dari merantau. Nah, saya termasuk kategori “balen”, meski saya adalah perantau yang paling dekat (saya merantau ke Solo, sedang kebanyakan tetangga lainnya merantau ke Jabodetabek) dan sering pulang kandang. 😀

Selesai shalat ied, kami pulang menuju rumah masing-masing. Tanpa dikomando, kami langsung “sungkem” pada bapak, lalu bermaafan satu dengan yang lainnya. Tak berapa lama, tetangga kanan kiri mulai berdatangan. Bapak memang termasuk yang dituakan di sini. Saya sekeluarga, bersama Mbak dan Mas sekeluarga, juga berkeliling ke rumah para tetangga.

Halal Bihalal atau kami menyebutnya “balalan” memang masih menjadi tradisi di sini. Alhamdulillah, karena kata Apip, teman kantor suami, di desanya di daerah Boyolali, tradisi seperti ini sudah hampir mati.

“Habis shalat, jalan depan rumahku tu sueepiii (sepi banget, saking sepinya), Mbak. Nggak ada yang keliling,” tuturnya pada saya dan Mas Yopie, beberapa hari lalu.

Ya, semoga tradisi ”balalan” di Purworejo tak musnah ditelan zaman. Kalau tidak ada yang “balalan”, masa nastar, kastangel, putri salju, dan ubo rampe lain yang sudah dipesan, kita juga yang habiskan? Lagipula, saya juga selalu merindukan permen tape dan madu mongso buatan Mamak (bude yang tinggal di dekat rumah bapak), juga tape ketan buatan Mbah Kam (tetangga seberang jalan rumah bapak), penganan khas yang selalu mereka suguhkan di rumah mereka setiap lebaran.

Ahmad Budairi
Ahmad Budairihttps://bloggersejoli.com/
Seorang Web developer yang suka menulis artikel di blog. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU)

Bacaan Menarik Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baru Terbit