Wedangan Pitoe adalah salah satu tempat favorit untuk ngobrol intim bersama pasangan. Desain interior dan eksterior yang klasik membuat suasana menjadi tambah syahdu. Membangkitkan kenangan di kampung halaman.
Kita akan disuguhkan dengan desain eksterior yang terbuat dari perkakas khas orang Jawa. Ada yang berupa alat untuk membajak sawah (jawa: krakal) sebagai tempat untuk menggantung lampu. Ada yang berupa alat untuk menumbuk padi (jawa:lesung) digunakan sebagi partisi ruangan. Ada juga yang berupa jendela dari kayu disusun sedemikian rupa menjadi tembok.
Bangunan utama Wedangan Pitoe berbentuk rumah Joglo. Terdapat beberapa pilihan set tempat duduk klasik yang bisa dipilih. Ada yang terbuat dari kayu, semi anyaman rotan, dan lainnya. Aku sendiri paling suka memilih tempat duduk kayu di pojok dekat partisi lesung berada.
Menu yang disajikan cukup beragam dengan harga standar kafe pada umumnya. Ada mendoan, bakwan, dan menu gorengan khas angkringan lainnya dengan harga rata-rata seribuan. Ada french fries, singkong keju, tape bakar, dan menu lainnya dengan kisaran harga 6 sampai 10 ribu.

Wedangan rempah adalah menjadi ciri khas dari Wedangan Pitoe. Salah satu wedangan favorit yang sering aku pesan di sini adalah Seroja. Bahannya terbuat dari serai, roseola, jahe, dan beberapa rempah lainnya.
Lokasi angkringan ini mudah dijangkau. Dekat dengan kampus 2 IAIN Salatiga. Tepatnya di Jalan Nakula Sadewa Raya. Kiri jalan sekitar 300 meter sebelum lampu merah Dukuh jika kita bergerak dari Palang menuju Jalan Lingkar Selatan.
Salah satu keunggulan yang aku suka pada angkringan ini adalah dari segi pelayanan. Disamping penyajian pesanan yang cepat, di sini pelayannya juga sangat ramah, semanak, dan grapyak.